27.2 C
Semarang
Tuesday, 24 June 2025

Fokus Menghafal, Tak Bisa Disambi, Ponpes Raudlatul Qur’an Hanya Terima Santri Mandiri

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COM, SEMARANG – Ponpes Raudlatul Qur’an memegang teguh ajaran Kiyai Turmudzi. Karena ponpes ini merupakan tempatnya penghafal quran. Para santri tidak boleh menghafal sambil bersekolah, berkuliah, apalagi sambil bekerja.

“Ini keunikan pesantren kita. Masih saya pegang, masih saya laksanakan meskipun banyak tawaran mondok sambil sekolah, mondok sambil kuliah, kita tidak lakukan itu. Kita menganggap kalau mau menghafal sebaiknya fokus menghafal, kalau mau sekolah ya fokus sekolah dulu,” katanya.

Ponpes ini tidak anti sekolah. Namun, dibolehkan jika mau bersekolah dulu. Bisa setelah sekolah baru menghafal. Ataupun sebaliknya, kalau mau menghafal baru sekolah.

“Ponpes ini diakui beberapa perguruan tinggi di Kota Semarang kalau mempunyai Ijazah Paket C. Ada Unissula, Udinus, UIN Walisongo, Unwahas dan lainnya. Semuanya menawarkan dipersilakan kuliah di sana, sehingga pengakuan dari masyarakat sangat luar biasa,” katanya.

Ponpes Raudlotul Qur’an menerima santri dari kemandiriannya. Bahkan, ada yang belum lulus SD jika mandiri pasti diterima, tetapi kalau sudah lulus SMP namun belum bisa mandiri tidak diterima. Dan yang paling besar sebelum menikah.

“Mandiri itu bisa makan sendiri, bisa mencuci sendiri, dan bisa bersosialisasi dengan masyarakat. Karena Ponpes ini tidak satu tempat saja, sehingga harus jalan kaki ke asrama ke pesantren. Sehingga harus mandiri. Kalau sesudah menikah sudah tidak boleh di sini,” katanya.

Keistimewaan ini mendapatkan penghargaan dari Ikatan Sarjana NU Indonesia.

“Karena memiliki keunikan, letaknya di tengah kota, tempatnya tersebar, menghafal tetapi tidak boleh sambil sekolah atau kerja,” katanya.

Kegiatan sehari-hari di Ponpes Raudlatul Qur’an sebagian besar dengan menghafal. Kendati begitu, pada pagi hari menyetorkan hafalan dari malam. Pukul 09.00 ada mengaji kitab, setelah itu menghafal di asrama masing-masing.

Bakda Ashar mengajukan hafalannya yang dari pagi sampai sore. Setelah itu menghafal lagi yang disetorkan setelah Salat Maghrib. “Bakda Isya ada mengaji kitab sebentar lalu menghafal lagi sampai pukul 23.00 lalu istirahat sampai pagi hari seperti itu,” ucapnya.

Pada Ramadan, kegiatan para santri bertambah. Ada sosialisasi dengan masyarakat di depan Masjid Agung Semarang. Ada kuliner kauman di sana, kata dia, mereka tadarus di situ.

“Untuk mengenalkan dengan cara berbeda,” tuturnya.

Selain itu, ada pelatihan atau workshop, belajar berdagang, dan kursus lainnya yang diadakan Bulan Ramadan.

“Tidak ada hari libur kalau Bulan Ramadan, kalau hari biasa liburnya Jumat dan Ahad,” jelasnya.

Mendekati Hari Raya Idul Fitri, para santri melakukan ro’an atau kerja bakti di 15 asrama yang sudah dibagi tugasnya. (fgr/zal)


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya