RADARSEMARANG.COM – Ajarkan ilmu walau hanya sedikit, itu lebih utama. Ketimbang memiliki ilmu segudang, tapi tidak pernah disebarluaskan kepada orang lain. Itulah yang diyakini Gus H Basyarahman, pendakwah muda asal Desa Mororejo, Kecamatan Kaliwungu.
Pengasuh Pondok Pesantren (Ponpes) Manbaul Hikmah, Kaliwungu itu mengaku mulai terjun ke dunia dakwah sejak 2017 silam. Ia memutuskan untuk terjun berdakwah di pondok pesantren, karena ia meyakini masyarakat luas terutama yang awam butuh pengetahuan ke-Islam-an.
Selain itu, memilih jalan dakwah, karena perintah dari para guru dan kiai. Dimana dakwah ini harus dilakukan dengan komitmen dan konsisten. “Dengan kata lain, dakwah harus ada keteguhan hati mencari ridho Allah serta dilakukan secara istiqomah,” katanya.
Berdakwah menurutnya tidak sekedar transfer ilmu semata. Tapi sekaligus menyebarluaskan Islam dengan santun dan ucapan yang lahir dari hati. “Makanya selain butuh konsistensi, juga butuh kedisiplinan. Sehingga ilmu yang diajarkan bisa diterima dengan baik,” tuturnya.
Menurut dai muda yang akrab disapa Gus Basyar, dakwah ini penting. Karena untuk mengajak kepada kebaikan dan kebenaran serta memerangi yang mungkar. Sebab, iblis sampai saat ini tidak berhenti menggoda dan mengajak manusia untuk disesatkannya.
Ia mengaku, belajar banyak tentang Komitmen, Konsistensi, dan Konsekuensi, dari kisah iblis. Iblis menurut kisah adalah makhluk pertama yang diciptakan Allah dari api. Ia menjadi makhluk yang paling unggul sebelum akhirnya Allah menciptakan Adam dari tanah.
Suatu ketika Allah memerintahkan kepada semua makhluk, termasuk malaikat dan iblis untuk bersujud kepada adam. Malaikat karena makhluk yang patuh pada seluruh perintah Allah, lantas menurutinya.
Sedangkan iblis tidak mau bersujud. Iblis memiliki komitmen sebagai makhluk Allah yang lebih tinggi derajatnya ketimbang Adam. Padahal iblis tahu, konsekuensi yang diterima karena tidak mau bersujud kepada Adam adalah ia harus keluar dari surga. Tapi ia memohon kepada Allah untuk menggoda keturunan Adam untuk masuk ke dalam kesesatan dan kemungkaran.
“Permohonan itu dikabulkan Allah. Sampai sekarang iblis serta setan ini masih konsisten untuk menggoda manusia kepada kesesatan. Makanya, dalam berdakwah kita juga harus konsisten. Sebab iblis juga konsisten menggoda manusia,” tegasnya.
Meski masih muda, Gus Basyar saat ini sudah memangku beberapa majelis pengajian. Di antaranya, Ngaji Ngopi Hepi (NNH). Yakni dakwah yang diperuntukkan anak-anak muda dan kaum milenial. NNH ini dikemas secara apik dengan metode dakwah kekinian. Dakwah dilakukan dengan musik dan lagu-lagu kekinian.
Selain itu, ada Majelis Pepadhang Ati, Subuh Ceria, dan Kajian Ahad Pagi. “Karena sudah memutuskan untuk berdakwah, maka saya harus konsisten dan siap menerima konsekuensinya,” tandasnya.
Konsekuensinya adalah merelakan waktu pribadi saya untuk berdakwah dan pengajian tersebut. Konsekuensi lainnya harus siap menerima cercaan atau masukan dari orang lain, jika dakwahnya dianggap kurang baik atau menyinggung perasaan.
Menurutnya, berdakwah itu mengajak orang dalam kebaikan tanpa paksaan. Bahkan orang yang menerima ajaran dengan rasa senang mengamalkannya. “Seperti dakwahnya Walisongo, dakwah dengan budaya sehingga yang mendengar dan menerima tidak terasa kalau ada ajaran-ajaran Islam yang masuk,” tandasnya. (bud/ida)