RADARSEMARANG.COM – Aqil Syafiq Al Mansur merupakan Juara Akademi Syiar Indonesia (AKSI) 2015. Saat ini ia kelas X di MAN Semarang. Baginya berdakwah tidak harus selalu di atas panggung. Perilaku dan cara hidup tiap individu baik atau uswatun khasanah bagian dari dakwah.
Usianya memang masih muda. Tapi namanya sudah tidak bisa dianggap remeh. Syafiq kerap mengikuti berbagai lomba pidato dan berdakwah. Sasarannya remaja-remaja atau generasi milenial. Berdakwa untuk generasi muda sangat penting. Sebab, belakangan anak-anak muda mulai mengalami kemerosotan atau degradasi moral dan iman.
“Saya melihat remaja seusia saya banyak yang iman dan moralnya merosot. Ini harus segera dibantu agar mereka kembali ke jalan Allah,” kata Aqil Syafiq Al Mansur.
Ia mencontohkan banyak teman-teman sebayanya dengan terang-terangan meninggalkan puasa dan makan di warteg. Padahal, di bulan Ramadan.
Yang miris, sebagian dari mereka seolah menjadikan itu sebuah trend dan dianggap keren lantaran berani melanggar kewajiban agama. “Ini kan parah. Harusnya malu sama anak kecil yang udah latihan puasa,” ujarnya.
Melihat itu, Syafiq tidak lantas marah atau langsung menyalahkan. Justru saat diajak teman-temannya ke warteg ia ikut. Tetapi Syafiq hanya menunggu dan melihat temannya makan di tengah hari bulan Ramadan. Cara itu cukup manjur. Pelan tapi pasti, ada temannya yang salut dengan sikap Syafiq yang teguh dan taat berpuasa.
Mereka bertanya-tanya kepadanya. Saat itulah ia mengungkapkan pendapatnya secara implisit agar dapat diterima temannya. “Akhirnya banyak teman-teman yang sadar dan tidak lagi membatalkan puasa Ramadan,” tambahnya.
Syafiq merupakan remaja yang sedikit pemalu. Tapi begitu di atas panggung berubah menjadi pendakwah yang handal. Ia mengaku sangat menikmati penampilan panggung. “Seru, seakan-akan bisa ngobrol dan sharing sama banyak audiens,” ucapnya bangga.
Baginya berdakwah tidak selalu di atas panggung. Perilaku dan cara hidup tiap individu yang baik atau uswatun khasanah juga bagian dari dakwah. Tiap manusia tetap dapat menyebarkan nilai-nilai keislaman dengan mempraktekkannya secara langsung. “Terakhir menjuarai lomba pidato tingkat provinsi yang diadakan OJK Jateng,” akunya.
Untuk tema berdakwah ia lebih tertarik dengan fenomena di sekitarnya. Kemudian menyesuaikan audiens yang akan mendengar ceramahnya. Ia pernah mengisi dakwah dengan jamaah anak usia dini hingga orang lanjut.
Untuk materi dakwah biasanya dibantu ayahnya, Ali Fatoni yang merupakan takmir masjid, muadzin, imam, sekaligus guru ngaji di lingkungannya. Sejak usia belia Syafiq sudah diarahkan untuk terjun ke dunia syiar Islam. “Biasanya kadang nervous sebelum naik panggung. Tapi kalau sudah di atas panggung biasanya enjoy, ngalir,” tambahnya.
Selain berdakwah, Syafiq kerap mengikuti lomba puisi dan tilawah. Tidak jarang, membawa pulang piala. Namun, dua tahun terakhir tidak mengikuti lomba. Karena lombanya berlangsung online. Sehingga tidak bisa interaksi dengan jamaah. “Berdakwah akan terus saya lakukan sebagai syiar agama. Harus dengan cara yang lembut seperti ajaran Rasulallah,” tambahnya. (taf/fth)