27 C
Semarang
Sunday, 22 December 2024

Beribadah Ramadan di Lapas Magelang, Hidup Justru Lebih Tenang

Puasa Ramadan di Rumah Tahanan Negara (7-Bersambung)

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COM, Bulan Ramadan yang penuh rahmat dan pengampunan dimanfaatkan para napi di Lapas Kelas IIA Magelang untuk insptropeksi dan meningkatkan keimanan dan ibadah. Sebagian napi berharap saat bebas nanti menjadi pribadi yang lebih baik.

Jam menunjukkan pukul 15.15. Suara azan berkumandang dari masjid Lapas Kelas IIA Magelang. Sejumlah narapidana (napi) bergegas menuju masjid untuk salat asar, didampingi oleh petugas lapas.

Tampak beberapa napi sudah ada yang datang lebih awal ke masjid. Salah satunya Joni. Pria 70 tahun ini menjadi napi yang dituakan di blok E Lapas Kelas IIA Magelang. Begitu waktu salat Asar tiba, Joni segera berganti baju, mengenakan koko putih. Lengkap dengan sarung katun ungu dan peci hitam.

Selama ini, Joni ditunjuk sebagai imam salat di masjid Lapas Kelas IIA Magelang oleh rekan-rekannya. Selain karena umurnya yang sudah tua, Joni dinilai cakap dalam ilmu agama. Dengan khusyuk, sore itu Joni memimpin para napi salat Asar.

Pria asli Sumatera ini memimpin doa setelah salat. Bacaannya cukup fasih. Para napi lain ikut menengadahkan tangan untuk mengamini doa yang dibaca Joni. Kebetulan saat wartawan koran ini datang, kajian agama sedang libur. Sehingga diganti dengan tadarus Alquran seusai salat Asar.

Jumlah napi yang salat dan tadarus di masjid hari itu hanya 30 orang. Tidak seperti biasanya mencapai ratusan orang. Hal itu karena sedang ada renovasi gerbang lapas yang berada di dekat masjid. Sehingga faktor keamanan menjadi hal yang dipertimbangkan.

 SALAT JAMAAH : Para napi menjalankan salat tarawih berjamaah di masjid Lapas Kelas IIA Magelang. (Lukman/JPRS)
SALAT JAMAAH : Para napi menjalankan salat tarawih berjamaah di masjid Lapas Kelas IIA Magelang. (Lukman/JPRS)

“Karena ada renovasi gerbang, hari ini kajian libur, diganti tadarus Alquran. Hanya diikuti oleh napi di blok E,” ujar Waskito Budi Darmo, Kasi Binadik, Lapas Kelas IIA Magelang. Secara bersama-sama para napi membaca ayat suci Alquran sembari menunggu waktu berbuka puasa tiba. Mereka duduk melingkar di masjid. Dari mulai yang tua sampai muda berbaur menjadi satu.

Mata para napi tertuju pada Alquran yang ada di tangan masing-masing. Lembar demi lembar Alquran mereka baca dari pukul 16.00 sampai 16.40. Seusai kegiatan tadarus Alquran, Joni bercerita kepada wartawan koran ini. Pria bertubuh gempal itu mengaku sudah terbiasa menjalankan puasa Ramadan di lapas.

Enam kali Ramadan sudah dijalani Joni di dalam lapas. Setelah enam tahun lalu ia harus berurusan dengan hukum. Joni divonis delapan tahun penjara, karena menikahi anak di bawah umur. Joni awalnya merupakan tahanan di Rutan Kelas IIB Purworejo. Namun lima setengah tahun lalu dipindahkan ke Lapas Kelas IIA Magelang.

“Sudah enam kali lebaran di lapas, gimana ya jauh dari keluarga. Alhamdulillah tetap semangat. Sejak saya ke sini (lapas) ditunjuk jadi imam masjid,” kata Joni.

Meski bukan lulusan pondok pesantren, namun Joni memiliki pengetahuan tentang agama. Dulu ia belajar agama dari mertuanya yang seorang kiai. Napi yang belum bisa membaca Alquran dan salat pun sering berguru kepada Joni. Ia mengajar secara sukarela. Meski di dalam lapas, Joni mengaku hidupnya merasa tenang. Terlebih ketika bulan Ramadan banyak kegiatan keagamaan. Mulai dari kajian, tadarus, sampai dengan salat tarawih.

“Kalau Lebaran di sini sudah biasa,” tutur Joni yang dulu bekerja sebagai operator alat berat.

Menjelang Maghrib, semua napi kembali ke bloknya masing-masing. Petugas dapur mengantar makanan beserta takjil. Perwakilan napi mengambilnya di depan blok lapas. Makanan sudah diwadahi ke dalam kotak makan plastik. Setiap orang mendapat jatah satu kotak makan. Menu makan hari itu adalah nasi, daging, ikan asing, serta sayur jipang. Menurut petugas lapas, jika dinominalkan satu kali makan Rp 19 ribu perorang.

Azan Maghrib tiba, para napi berbuka puasa di dalam blok lapas. Mereka lahap menyantap makanan yang disediakan. Usai berbuka puasa, napi salat Maghrib di dalam blok masing-masing. Mereka beristirahat sejenak sambil menunggu azan Isya berkumandang. Tatkala suara muazin terdengar, mereka berdatangan ke masjid.

Sejumlah napi perempuan juga ikut ke masjid untuk salat tarawih. Selain menjadi imam salat lima waktu, Joni ditunjuk pula sebagai imam tarawih. Pun dengan pembacaan doa niat puasa serta tadarus malam.

Bagi para napi, bulan Ramadan adalah momentum mendekatkan diri pada Tuhan. Sebagai bagian untuk menebus kesalahan di masa lalu. Hal itu dilakukan oleh Dian Tristiawan, salah satu napi yang masuk ke lapas 17 bulan lalu. Selama Ramadan ini, ia mengaku banyak belajar tentang agama. Dian merasa dekat dengan Tuhan.

“Dulu waktu di luar (sebelum masuk lapas) belajar iqro masih terbata-bata. Sekarang pas di sini sudah agak lancar,” ujar pria asal Jogjakarta ini.

Setiap hari Dian belajar membaca iqro dengan teman di lapas yang fasih membaca Alquran. Salah satunya kepada Joni. Selain belajar membaca iqro, puasanya tidak pernah bolong. Berbeda dengan dulu ketika belum masuk lapas.

Pria berusia 29 tahun ini harus berurusan dengan masalah hukum karena terlibat kasus penipuan bersama istrinya tahun 2020 lalu. Ia divonis 3 tahun penjara. Meski tinggal dalam satu lapas, namun Dian jarang bertemu dengan istrinya.

Dian ingin segera bebas dan bertemu dengan anaknya yang ada di Jogjakarta. Jika waktunya tiba, ia ingin keluar lapas dengan pribadi yang lebih baik. Ia tidak mau mengecewakan anaknya yang saat ini berumur 8 tahun. Sampai saat ini, sang anak tidak tahu kalau Dian dan istri menjadi napi.

Setiap kali telepon, anaknya selalu bertanya kapan bisa bertemu dan pulang ke rumah. “Anak saya tahunya saya di Magelang bekerja. Jadi anak tidak tahu kalau ayah dan bundanya masuk lapas,” kata Dian dengan mata memerah. (man/ida)


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya