RADARSEMARANG.COM – Melaksanakan ibadah Ramadan bersama keluarga tentu lebih menyenangkan. Karena berbuka puasa maupun sahur bersama orang-orang terkasih. Hal itu jelas berbeda dengan para warga binaan (narapidana/napi) di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas II A Kendal.
Di balik jeruji besi, para napi menjalani hari-hari puasa dengan sesama narapidana (napi) dan tahanan. Melaksanakan buka, sahur, dan salat sunah tarawih di bulan Ramadan tentu bukan hal mudah. Meski begitu, mereka saling mengisi satu sama lain, sudah seperti keluarga sendiri.
Bahkan para napi di Lapas Kendal ini menggelar banyak kegiatan keagamaan. Tujuannya untuk mendatangkan suasana Ramadan ke dalam Lapas. Selain buka bersama, mereka menggelar tadarus Alquran sebelum berbuka maupun selepas tarawih.
Para napi begitu antusias melaksanakan tadarus Quran. Karena mereka ingin mendapatkan pahala di bulan yang penuh berkah dan ampunan ini. “Sehari bisa merampungkan 15 juz. Selain tadarus bersama para napi, bisa tadarus di ruang selnya masing-masing,” kata Lutfia Arif salah satu narapidana kasus narkotika.
Arif mengaku, sudah tiga kali khatam Quran 30 juz sejak tadarusan dimulai awal Ramadan. Menurutnya, kegiatan tadarusan ini menambah semangat para narapidana agar bisa merasakan suasana Ramadan di dalam Lapas.
“Alhamdulillah, sudah khatam berkali-kali khataman Quran. Kami berharap, ke depan bisa membawa dampak baik bagi kami maupun semua napi di Lapas. Setidaknya sebagai bekal pengalaman ketika sudah keluar nanti, saat kembali ke lingkungan masyarakat,” jelasnya.
Di Lapas Kelas II A Kendal, saat ini ada 325 napi yang tercatat menjalani hukuman. Mereka dari berbagai kasus dan waktu pemidanaan yang berbeda-beda. “Khusus di bulan puasa ini, kegiatan para napi difokuskan pada kegiatan keagamaan,” kata Kepala Lapas Kelas IIA Kendal Samsul Hidayat.
Diakuinya, 99 persen warga binaan beragama Islam. Selain itu memang para napi berkeinginan supaya kegiataan keagamaan dihidupkan selama 24 jam di Lapas. Tujuannya supaya mereka bisa merasakan suasana Ramadan. “Kegiatan utamanya adalah tadarusan di Masjid Al Huda di dalam Lapas,” katanya.
Selain itu, juga dilaksanakan tarawih. Khusus untuk kegiatan ini dilaksanakan secara bergilir sebanyak 100 jamaah napi. Hal itu dilakukan lantaran masjid lapas yang kecil sehingga maksimal hanya bisa menampung 100 jamaah.
Sedangkan mekanisme buka puasa dan sahur, makanan diantarkan langsung ke kamar tahanan masing-masing. “Tujuannya agar mereka tertib dan bisa melaksanakan puasa dan sahur seperti sesama keluarganya,” tandasnya.
Ramadan ini lebih banyak kegiatan keagamaan. Mulai dari tadarus, tarawih, salat 5 waktu, tanpa mengurangi kegiatan harian biasa. Khusus tadarusan, sambung Samsul, pihak Lapas menunjuk 26 napi pilihan yang dianggap berpredikat baik dalam beberapa aspek. “Mereka ditunjuk menjadi tim tadarusan tiga waktu dalam sehari,” tandasnya.
Mulai dari pagi pukul 08.00 – waktu Duhur, siang pukul 14.00 – waktu Maghrib, dan malam selepas salat tarawih sampai pukul 21.00. “Sebanyak 26 narapidana ini sudah pilihan yang kami percaya menjalankan program tadarusan. Karena kegiatan dari pagi sampai malam dipantau oleh tim jaga keamanan,” ujarnya.
Selain itu, narapidana yang beragama Islam digilir mengikuti salat tarawih berjamaah setiap malamnya. Rata-rata setiap napi bisa mengikuti salat tarawih di Masjid Al Huda tiga hari sekali.
Untuk makan buka dan sahur, semua dilakukan di dalam bilik jeruji besi masing-masing. “Saya berharap, kegiatan keagamaan ini membawa dampak baik kepada para narapidana Lapas Kelas IIA Kendal,” imbuhnya.
Para napi setidaknya bisa merasakan suasana Ramadan meski dilakukan dari dalam tahanan. “Seperti tim tadarusan ini, mereka mewakili teman-temannya mengisi Ramadan dengan tadarus Alquran di dalam lapas. Untuk kegiatan sehari-hari biasanya tetap jalan, seperti apel dan bersih-bersih lingkungan,” pungkas Samsul. (bud/ida)