RADARSEMARANG.COM – Siang itu, matahari sedang berada di titik kulminasi. Hawa panas menyelimuti Gambilangu, Jalan Rowosari Atas RT.02/VI Mangkang Kulon, Tugu, Kota Semarang. Lokalisasi yang lebih dikenal dengan nama GBL ini, sempat ditutup 2019 silam. Namun, saat ini masih menyisakan jejak bisnis karaoke yang masih eksis.
Pantauan Jawa Pos Radar Semarang, Sebagian besar rumah dibangun tempat karaoke. Kala itu, suasana sebagian kampung lengang, di sisi lain terisi dengan tamu yang sedang bernyanyi. Suaranya terdengar jelas dari luar.
Setiap tempat karaoke dan penginapan, dijaga oleh wanita yang penuh riasan di wajahnya, lengkap dengan pakaian mini. Sesekali mengajak orang yang melintas di jalan. “Sini mas masuk. Mau cari apa” katanya dengan penuh rayuan.
Memang sudah melekat, lokasi tersebut menjadi salah satu tempat menghabiskan uang oleh para pria hidung belang. Tentunya hanya untuk hiburan dan bersenang-senang. Wajar saja jika keberadaan tempat ibadah kehabisan tempat.
Tak ada masjid di tempat ini. Tapi ada musala kecil. Itupun di tepi kampung. Tepat di depan akses jalan masuk kampung Mlaten. Musala tersebut menjadi satu-satunya pusat dakwah di kampung tersebut.”Musala ini berdiri sejak 2003. Sebelumnya nggak ada sama sekali,” kata Ketua Takmir Musala Sabilunnajah Muhammad Rusmani Selasa (29/3).
Ada juga musala kecil yang dibangun di atas kantor paguyuban usaha karaoke. Baru diresmikan 28 Maret lalu. Soal berjalan atau tidak, biarlah masyarakat yang sadar diri. Yang penting ada beberapa titik dakwah di kampung tersebut. Supaya tidak hanya karaokean terus. Ada usaha untuk mengubah komentar mirfing tentang GBL.
Dalam mendirikan tempat ibadah pun dulunya tak mudah. Sempat ada penolakan dari warga. Namun karena kegigihan dan niat yang kuat, akhirnya pembangunan musala terselesaikan. “Mengingat lingkungannya seperti ini saya punya ide bahwa perlu menyampaikan dakwah di sini, ”ucapnya.
Dulunya, katanya, tanah tempat musala berdiri merupakan milik mertua kakak Rusmani. Kemudian, atas prakarsanya meminta sebagian tanahnya diwakafkan untuk dibangun musala. Tak perlu waktu lama, permintaan Rusmani dikabulkan mengingat pentingnya ber-amar makruf nahi munkar. “Langsung saya membuat sertifikat wakaf supaya tidak bisa diganggu gugat,” tuturnya.
Pada 2007 pembangunan musala baru rampung. Sebab, dana yang dibutuhkan lumayan besar untuk diurus Rusmani sendiri. Lantas ia meminta bantuan pihak lain dan Pemkot Kota Semarang.
Usai berdiri, jamaahnya pun masih sedikit. Hanya sekitar keluarga Rusmani dan sebagian kecil warga sekitar. Selama 10 tahun ia yang mengurus segala sesuatu. Mulai dari azan, pujian, imam, dan merawat musala. “Dulu belum ada kesadaran masyarakat untuk mengurus. Terkadang zuhur dan asar itu ngeblank gak ada yang azan. Saya kan kerja,” ujarnya.
Namun, lanjut Rusmani, sejak 2013 masyarakat semakin sadar. Yang bekerja di karaoke dan sebagian masyarakat sekitar mulai terketuk hatinya untuk ke musala. Kegiatan musala Sabilunnajah juga semakin banyak.
Selain salat berjamaah, setiap pagi juga ada kajian taklim. Namanya Majelis Ta’lim An-Najah. Selain itu, ketika Ruwah juga dilaksanakan akhirussanah dan ziarah bersama ke Kaliwungu dan masayikh sekitar.
“Perlahan-lahan mereka akan berubah menjadi lebih baik. Yang penting masih mau salat berjamaah. Meskipun mata pencarian mereka di dalam usaha karaoke,” terang Rusmani.
Meskipun tidak semuanya, namun sudah ada perkembangan dibanding dulu. Masyarakat juga sering diajak untuk tahlil bersama saat malam Jumat. Kegiatan lainnya untuk menyadarkan warga agar tetap beribadah dengan mengadakan kumpul-kumpul. Ketika malam Lebaran ada takbiran bersama dan ketika Idul Adha menikmati masakan daging kurban bersama. Apalagi musala sudah dilengkapi dengan dapur.
“Sebenarnya tantangannya dari kita sendiri. Ikhlas gak? Mau berjuang gak? Kalau anggap orang lain tantangan, ya gak jadi. Sempat terganggu dengan keberadaan masjid, tapi saya niatkan berdakwah mengubah masyarakat menjadi lebih baik,” bebernya.
Ramadan kali ini, Rusmani akan menambah kegiatan. Supaya musala lebih hidup dan jamaah dari masyarakatnya bertambah. Menjelang Ramadan, bersama masyarakat bersih-bersih masjid. Nanti usai tarawih, ada simaan Alquran dan kuliah subuh. Melalui majelis taklim, Rusmani sering menyampaikan kepada jamaah, dalam kondisi apapun jangan melupakan salat.
“Mereka juga ada yang merasa belum pantas salat. Karena merasa dirinya kotor karena pekerjaannya. Tapi saya beri nasihat untuk tetap salat nanti perlahan-lahan akan berubah,” terangnya. (cr3/ton)