27 C
Semarang
Saturday, 21 December 2024

Kiai Chudlori Tinggalkan Empat Wasiat untuk Para Santri API Tegalrejo

Jejak-Jejak Para Wali Allah

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COM – Beberapa peziarah khusuk tadarus Alquran di sekitar makam kiai Chudlori, Tegalrejo, Kabupaten Magelang. Sebagai ulama, beliau cukup dikenal. Apalagi sebagai pendiri Asrama Perguruan Islam (API) Tegalrejo. Sebelumnya beliau juga merupakan santri Hadrotussyekh Hasyim Asy’ari, pendiri Nahdlatul Ulama (NU).

Kiai Chudlori merupakan ahli Alquran maupun Dalail Khairat. Beliau dikenal dengan gaya dakwahnya yang humanis. Dari hati ke hati. “Mbah Chudlori itu orangnya rendah hati andap asor. Bagi saya beliau merupakan ulama yang mewarisi Rasulullah,” ujar Ghozin, salah satu santri Kiai Chudlori.

Pria 70 tahun ini mengaku menjadi santri Kiai Chudlori, saat masih kecil. Saat itu usianya sekitar 6 tahun. Ia nyantri di Tegalrejo selama tiga tahun. Ghozin rutin berziarah ke makam Kiai Chudlori untuk mengkhatamkan Alquran. Sesuai wasiat yang beliau tinggalkan sebelum meninggal. “Selama Ramadan ini sudah 5 hari saya menetap di Tegalrejo untuk mengkhatamkan Alquran,” ujar warga Kabupaten Temanggung ini.

Sebelum wafat, Kiai Chudlori meninggalkan empat wasiat untuk para santri di API Tegalrejo. Wasiat tersebut terpampang di sekitar komplek makam. Ditulis dengan tulisan Jawa pegon.

Nurwahidi, salah satu pengelola makam menunjukkan wasiat tersebut kepada wartawan koran ini. Isinya yakni, pertama untuk mengkhatamkan Alquran di makam Kiai Chudlori bisa satu kali, tujuh kali, maupun 41 kali. Kedua, bagi yang tidak bisa membaca Alquran dapat membaca dzikir 70 ribu kali. Ketiga, jika sudah selesai nyantri disarankan untuk mengajar, menularkan ilmunya serta tetap belajar Alquran. Keempat, imbauan kepada santri agar tidak menjadi pegawai negeri.

Nurwahidi pun menuturkan para santri maupun alumni masih berpegang teguh tentang wasiat tersebut. Banyak yang datang ke makam Kiai Chudlori untuk mengkhatamkan Alquran. Paling ramai ketika menjelang Ramadan. “Makam Mbah Chudlori pasti selalu ada peziarah setiap harinya. Biasanya kalau malam Jumat dan hari Minggu lumayan ramai,” ujarnya.

Nurwahidi menerangkan, dalam wasiatnya Kiai Chudlori mengatakan, barang siapa tadarus Alquran walaupun satu juz di makamnya akan didoakan semua hajat terkabul.

Tugu Mental, tempat mujahadah Kiai Chudlori dulu saat awal membuat pondok pesantren. (LUQMAN SULISTIYAWAN/RADARSEMARANG.COM)

Bermujahadah di Tugu Mental

Berada di dekat komplek makam Kiai Chudlori terdapat sebuah bangunan bernama Tugu Mental. Di tugu tersebut tertulis sebuah kalimat “Hati Sutji adalah Dasar Hidup Abadi.” Konon bangunan tersebut digunakan Kiai Chudlori untuk mujahadah. Dibangun saat awal ia mendirikan pondok pesantren.

“Dulu ceritanya Mbah Chudlori bermimpi bertemu dengan Syekh Abdul Qodir Jaelani. Disuruh untuk membangun tugu tersebut,” kata Nurwahidi, pengelola makam. Menurut cerita, saat Kiai Chudlori masih hidup tugu tersebut tidak pernah basah walaupun terkena air hujan.

Kata Nurwahidi, Kiai Chudlori merupakan ulama yang sering tirakat. Beliau senang bermujahadah. Berkat tirakat yang dilakukan, pondok Asrama Perguruan Islam (API) berkembang pesat. Santrinya berasal dari berbagai daerah. Salah satu santri beliau adalah Abdurahman Wahid alias Gus Dur.

Meskipun Kiai Chudlori sudah wafat, Pondok API tetap eksis. Diteruskan oleh putra-putranya. Tetap dengan kurikulum tradisonal pondok salaf. “Biasanya kalau pondok ditinggal wafat pengasuhnya akan surut, tapi di Tegalrejo justru tetap banyak santrinya,” ujarnya.

Menurut Nurwahidi, berdasarkan cerita, Kiai Chudlori memiliki beberapa karomah. Ia juga pernah bertemu dengan Nabi Khidir yang menyamar sebagai pengemis. Di samping itu Kiai Chudlori juga memiliki keistimewaan dari sakunya banyak muncul uang yang tidak habis-habis walaupun dibagikan. “Katanya dulu uang Mbah Chudlori nggak habis-habis di saku padahal banyak dibagikan,” tutur Nurwahidi. (man/ton)


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya