RADARSEMARANG.COM – Makam Ki Ageng Pandanaran atau Ageng Pandan Arang menjadi jujukan bagi para kepala daerah, baik wali kota maupun bupati dan wakilnya di Jawa Tengah. Meski begitu, sosoknya tidak bisa dipisahkan dari Kota Semarang.
Makam Ki Ageng Pandanaranmerupakan merupakan tokoh yang berperan besar dalam penyabaran agama Islam. Beliau Bupati Semarang yang pertama, setelah diangkat oleh Sultan Demak Bintara.
Makamnya berada di tengah kawasan padat penduduk yang selalu ramai peziarah. Lokasinya di Jalan Mugas Dalam II nomor 6 Mugassari, Kota Semarang.
Tidak hanya masyarakat umum yang berziarah. Sejumlah pejabat di Jateng maupun pejabat teras nasional pun turut berziarah di makam tersebut. Sebut saja Presiden RI ke-4 KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur. Selain itu, hampir semua kepala daerah baik bupati maupun wali kota se-Jateng.
Saat hari besar Islam, makam ini selalu penuh dan ramai peziarah. Seperti saat Isra Mikraj Nabi Muhammad SAW, maupun saat memperingati haul Sunan Pandanaran yang digelar rutin setiap tahun.
Selasa (13/4/2021), merupakan hari pertama puasa Ramadan. Jurnalis RADARSEMARANG.COM berkesempatan melakukan ziarah di makam Ki Ageng Pandanaran.
Namun untuk sampai ke makam, harus menaiki 39 anak tangga. Tidak begitu tinggi. Begitu memasuki kompleks makam, suasana adem dan sejuk langsung meresap ke dalam tubuh. Ada masjid yang biasa digunakan untuk beribadah sebelum atau sesudah berziarah.
Sementara makam Ki Ageng Pandaran berada di samping masjid. Sebelum ke lokasi makam, para peziarah harus menyusuri jalan di sebelah masjid untuk menuju pendopo. Pendopo inilah yang sering digunakan untuk pertemuan atau pengajian. Di dinding pendopo terdapat tulisan silsilah Ki Ageng Pandanaran. Terpasang juga lukisan sosok Ki Ageng Pandanaran.
Di sebelah kanan ruang pendopo, bilik makam utama berada. Ada tiga pusara. Pusara Ki Ageng Pandanaran berada di tengah, diapit pusara istrinya Nyi Ageng Sejanila serta makam sang ayah Pangeran Madiyo Pandan yang bergelar Syech Maulana Ibnu Abdul Salam.
Harum bunga bercampur minyak wangi langsung tercium begitu masuk kompleks makam utama. Sejumlah bunga segar tampak baru saja ditaburkan di atas pusara. Meski ketiga pusara tersebut tertutup rapat kain berwarna putih.
Lantunan ayat Alquran disusul tahlil dilantunkan para peziarah dengan khusyuk. “Biasanya jauh lebih ramai mas. Apalagi saat haul dan hari besar,” kata Juru Kunci Makam Ki Ageng Pandanaran, Suwarno kepada RADARSEMARANG.COM.
Ki Ageng Pandaran memang dikenal sebagai panutan dalam penyebaran agama Islam dan sebagai pendiri Semarang. “Kalau wali kota dan bupati di Jateng yang sering berziarah kesini ya Wali Kota Semarang, Pak Hendrar Prihadi. Bahkan, baru saja sebelum puasa ini, berziarah di sini,” tambahnya.
Orang yang datang berziarah pun berasal dari berbagai daerah. Tidak hanya kaum muslimin, tapi umat dari agama lain. Seperti penganut kejawen, Konghuchu, Katholik, dan Hindu. Biasanya mereka punya tata cara dan punya tujuan yang bermacam-macam. Ada pengusaha yang ingin sukses, pejabat yang ingin kariernya tambah sukses dan lainnya. “Semua dengan cara dan keinginan masing-masing,” imbuhnya.

Gentong Peninggalan Ki Ageng Pandanaran di Pojok Makam
Selain sebagai pendiri Semarang, Ki Ageng Pandaran dikenal mempunyai karomah. Salah satunya, genuk air berkah yang ada di pojok kiri kompleks makam.
Air di gentong itu diyakini masyarakat memiliki karomah. Atas seizin Allah SWT.”Banyak yang mempercayai jika air gentong itu ada karomah yang diberikan Allah SWT kepada Ki Ageng Pandanaran,” kata Suwarno yang sudah 30 tahun menjadi Juru kunci Makam Ki Ageng Pandanaran.
Ia menambahkan, banyak peziarah yang membawa langsung air gentong tersebut. Mereka membawa sendiri wadah dari rumah masing-masing. Ada yang menggunakan botol minuman kemasan dan lainnya.
Gentong karomah itu merupakan peninggalan langsung dari Ki Ageng Pandanaran Semarang. Sementara airnya diambil dari mata air langsung dari kedalaman 50 meter. Ada juga mimbar yang digunakan untuk kegiatan keagamaan. Termasuk senjata warisan Sunan Pandanaran seperti tombak, keris, pusaka, dan lainnya. Benda-benda tersebut masih disimpan pihak pengelola dan sudah dimasukkan ke dalam museum makam. “Biasanya dikeluarkan pada waktu tertentu, seperti saat haul untuk jamas atau dibersihkan,” tambahnya. (fth/ida)