32 C
Semarang
Saturday, 21 December 2024

Makin Khusyuk, Belajar Ilmu Tauhid di Tengah Alam

Yayasan Baitur Rozaq, Mijen, Kota Semarang

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COM – Yayasan Baitur Rozak memiliki dua pondok pesantren (ponpes) yang berdiri di atas perbukitan. Suasana alam yang masih asri membuat santri nyaman dan khusyuk mendalami agama.

Ponpes ini berada di Jalan Munggang Sari, Dukuh Sekopek, RT 03, RW 02, Kelurahan Polaman, Kecamatan Mijen, Kota Semarang. Ponpes ini diasuh oleh Gus Mukti Rochim, putra dari Syekh Abdur Rozaq Al-Jamhuri, pendiri Yayasan Baitur Rozaq.

“Saya mengikuti jejak bapak saya. Beliau mengajarkan ke para santri, terutama murid yang sepuh Thoriqoh Naqsabandiyah Kholidiyah. Tapi saya mengajarkan syariat Islam agar orang lebih optimistis dalam menjalani agama Islam, pengetahuannya yang diserap bisa menjadi amaliyah yang bermanfaat,” terangnya.

Ponpes Semunggang berdiri di tengah hutan yang jauh dari perkampungan. Karena Syekh Abdur Rozaq sering khalwat atau mendekatkan diri pada Allah SWT. Ponpes ini memiliki luas dua hektare.

“Dulunya tanah di sini sangat wingit, tidak ada berani lewat sini. Setiap jam empat suara gaib sering muncul, sehingga terkenal Gumuk Semunggang yang sangat angker. Konon, di depan Gumuk Semunggang ada Batu Sibatur, Kali Sibatur. Di sana ada watu kelir, setiap malam Jumat Pon berbunyi klonengan wayangan,” katanya.

Tempat yang dulu angker itu, malah menjadi daya tarik Syekh Abdur Rozaq Al-Jamhuri intuk bertapa atau Khalwat. Sehingga terwujudlah Ponpes Semunggang.

“Dulunya ketika bapak saya, Ponpes Soko Tunggal pada 1987. Sekarang yang di pinggir kali itu Ponpes Soko Tunggal, dan yang di atas ini namanya Ponpes Semunggang pada 2000,” jelasnya.

Keistimewaan Ponpes Semunggang dan Ponpes Soko Tunggal terletak pada pembangunannya. Kendati dibangun di atas perbukitan dan di pinggir sungai, semuanya dengan tenaga manusia.

“Dulu mobil tidak bisa masuk, jarak tempuh antara satu kilometer dari kampung hanya bisa dilewati sepeda motor. Tidak semua orang menjalankan, mungkin jarang sekali pada zaman sekarang. Semua santri setelah mengaji semuanya kerja bakti dengan perjalanan satu kilometer. Karena mobil bisa masuk ke Ponpes ini pada 2013,” katanya.

Dulunya para santri murni belajar dari kalangan musafir. Seiring berjalannya waktu, para santri belajar syariat Islam, Nahwu, Hafidz Quran dan lain-lain. Lima-enam tahun terakhir ponpes mengalami perubahan. Sebab, jika ada pendidikan formal tidak terjangkau kapasitas dan lingkungan.

“Sehingga hanya belajar ilmu tauhid atau benar-benar mendekatkan diri pada Allah SWT dengan suasana alam,” katanya.

Istiqomah dan Hadapi Apa yang Kita Perbuat

Pandemi Covid-19 beberapa waktu lalu, banyak santri yang dipulangkan. Ponpes pun kosong. Namun seiring berjalannya waktu, beberapa orang datang membawa keluarganya yang mengidap penyakit mental, jiwa, hingga kecanduan narkoba. Berharap bisa sembuh dengan terapi islami dari Ponpes Semunggang.

“Mau tidak mau, dengan kekuatan Allah. Saya berusaha memberikan cara-cara agar sembuh, normal pada umunya sehingga bisa ibadah bareng,” ujar Gus Mukti Rochim.

Santri-santri tersebut berasal dari berbagai daerah, seperti Surabaya, Pemalang, Madiun, Demak, Semarang, dan lainnya. Sistem rehabilitasi dilakukan dengan sederhana. Sebab, di ponpes ini memang bidang utamanya bukan untuk rehabilitasi.

“Tapi dengan kondisi ala kadarnya. Karena kita tidak mengutamakan sistem rehabilitasi, kita terima semua yang datang, karena semua ilmu hanya milik Allah. Saya hanya ingin menjadi manusia benar-benar bermanfaat bagi sesama,” katanya.

Ponpes Semunggang menerima banyak santri dari berbagai kalangan. Mulai dari yang muda hingga tua. Yang kecil kita kasih pelajaran Iqro’. Ada juga remaja umur 11 tahun sakit mental. Setiap jam 12 malam dimandikan (sebagai terapi), pukul 02.30 diminta ke masjid untuk wiridan, latihan salat hingga salat subuh.

“Kita didik dia menjadi normal, istiqomah dengan pelan-pelan menuju kesehatan mental,” kata Pengasuh Yayasan Baitur Rozaq, Gus Rokhim.

Saat ini di Yayasan Baitur Rozaq mengutamakan istiqomah. Mandi, salat, bangun tidur tengah malam lanjut salat hajat. “Pagi hari kita kasih ajaran jalan-jalan atau bergoyang sesuai musik,” katanya. Ketika Ramadan, ada 15 santri Baitur Rozaq yang sembuh. Mereka pun dibawa pulang menemui keluarganya.

Gus Rochim berpesan untuk menghadapi semua hal yang kita perbuat. Jangan takut dihantui masa lalu.

“Apa yang kamu yakini, jalankan, ambil (risikonya). InsyaAllah, jangan menjadi penakut. Karena para utusan Allah tidak punya rasa takut dan jangan gentar. Semua yang terjadi kehendak Allah, kita hanya berserah diri. Sehingga kita dijauhkan dalam mala petaka,” jelasnya. (fgr/zal)

Reporter:
Figur Ronggo Wassalim

Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya