RADARSEMARANG.COM, Ungaran – Pesantren Kasepuhan Raden Rahmat (PKRR) cukup unik. Karena santri didominasi lansia. Ponpes ini mengedepankan olah rogo, olah jiwo, dan olah roso, dalam mengajarkan ilmu agama Islam.
Ponpes lansia ini berada di lereng Gunung Gajah Mungkur. Tepatnya di Desa Gedong, Kecamatan Banyubiru. Pesantren Kasepuhan Raden Rahmat melayani para lansia yang ingin belajar agama Islam. Tidak sekadar memberi ilmu keislaman, tapi juga mengajarkan tentang bagaimana mengolah jiwa dan rasa agar hidup lebih damai dan ikhlas.
“Itulah pendekatan yang coba kami berikan dalam upaya untuk mempersiapkan mereka di akhir kehidupannya mencapai khusnul khotimah,” kata Direktur PKRR, Ustad Muhammad Sholikin.
Pendekatan olah rogo dalam hal ini adalah bagaiman cara menyiapkan raga para lansia untuk bisa tetap sehat dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Khususnya dalam beribadah kepada Allah SWT. “Yang kemudian kita masukkan dalam ranah olah jiwo, ” lanjutnya.
Olah jiwo merupakan pendekatan yang dilakukan agar jiwa para lansia bisa menjadi tenang. Karena jiwa mereka di akhir kehidupan tidak sedikit yang sering merasakan galau, cemas, dan gelisah. Ramadan ini merupakan momentum untuk memperbanyak amalan, sehingga jiwa para lansia menjadi lebih tenang dengan mengingat Allah SWT.
“Sehingga nanti olah roso akan tercipta, bagaimana mereka bisa mendekatkan diri dengan Allah SWT. Dan bisa bermanfaat baik bagi dirinya sendiri maupun bagi masyarakat, ” ujarnya.
Selama Ramadan, PKRR terdapat beberapa kegiatan kelas untuk para lansia. Serta sesuai dengan tiga pendekatan yang menjadi motto dari pesantren lansia ini. Kegiatan dimulai dari pukul 03.00 WIB. Dimana para lansia melakukan sahur bersama dilanjutkan salat subuh berjamaah. Setelah itu, mereka mengikuti kajian pagi. “Agar bagaimana mereka selalu mendapatkan siraman rohani dan ilmu pengetahuan terutama bekal untuk perbaikan ibadah mereka, ” ungkapnya.
Sesuai kajian berakhir, para lansia akan melakukan sorogan atau setoran bacaan atau hafalan surat. Serta tidak jarang pula diselingi dengan olahraga-olahraga ringan setelah melakukan sorogan. Agar menjaga sensor motorik halus maupun motorik kasarnya. “Siang hari mereka dikasih kesempatan untuk beristirahat. Setelahnya masuk ke dalam kelas untuk mengikuti Tahsinul Quran,” tambahnya.
Melatih Lansia Fasih Baca Alquran
Direktur PKRR, Ustad Muhammad Sholikin mengaku terus berkomitmen agar para lansia bisa lancar bacaan Alquran. Sesuai aturan dalam agama Islam. Selama Ramadan, pesantren juga menggelar berbagai kegiatan untuk menunggu buka puasa atau ngabuburit.
Seperti bermain rebana, membuat kerajinan tangan, bermain game sehat dan mengolah sampah menjadi benda yang memiliki nilai yang berguna. “Selepas itu melakukan buka bersama yang akhirnya sampai saat tarawih bersama dan tadarus Alquran, ” jelasnya.
Ramadan kali ini terdapat 20 santri bermukim di PKRR. Mereka berasal dari berbagai kota. Seperti Semarang, Surabaya, Padang, hingga palu. Selain itu terdapat santri yang sudah bermukim di pesantren selama beberapa tahun dan ada juga uang mengikuti kegiatan selama bulan Ramadhan saja. “Ada juga santri kalong atau tidak menetap sekitar 25 orang. Kalau dijumlah yang ikut kegiatan Ramadan bisa mencapai 50 orang,” paparnya.
Salah satu santri asal Semarang, Mardiyanti Pudji Astuti mengaku senang bisa mengikuti kegiatan Ramadan di Pesantren Kasepuhan Raden Rahmat. Ia bisa belajar berbagai hal tentang Alquran dan bisa mengikuti kegiatan yang lainnya bersama santri yang lain. “Saya belajar Alquran dari awal sampai ikut tadarusan. Kalau belum bisa ya ngikutin saja,” katanya.
Ia mengaku awalnya hanya ingin mengikuti kegiatan Ramadan di PKRR dua minggu. Tapi karena merasa nyaman memperpanjang waktu untuk berada di pesantren tersebut. “Menjadi santri menjadikan saya semakin dekat dengan Allah. Senang juga bisa bareng-bareng, memperbanyak dzikir dan salat sunnah,” akunya. (nun/zal)