27.9 C
Semarang
Tuesday, 7 October 2025

Ponpes At Tauhid Semarang, Rehabilitasi Pecandu Narkoba dan ODGJ

Artikel Lain

Pengobatannya dengan Terapi Psikoreligius Non Medis

PONPES At-Tauhid menggunakan terapi psikoreligius untuk pengobatan ODGJ dan para pecandu narkoba. Yakni menggabungkan pendekatan sosial dengan pendekatan spiritual, tanpa menggunakan pendekatan medis. Ada lima terapi yang digunakan. Terdiri atas edukasi atau memberikan pemahaman pada santri, terapi mandi malam untuk detoksifikasi, elektromagnetik, pengajian secara spiritual, dan terapi hikmah. Dibantu dengan air 1000 rasa, berupa air doa.

Salah satu pengasuh ponpes, Singgih Pradipta Cahya Nugraha mengungkapkan, pasar santri dibagi dalam beberapa kelas yang didasarkan pada tingkat keseriusan kondisi santri.

Ada 3 kelas. Bagi pengguna yang menggunakan narkoba golongan 1 dimasukkan ke kelas 1 dengan terapi sesuai kebutuhannya, begitu seterusnya. Jadi per kamar itu berbeda, meski kegiatan itu sama. Tapi terapi dan pendampingnya berbeda. Yang paling parah itu kelas 1 (golongan zat paling tinggi, shabu, ganja).

“Untuk menangani santri yang sakau, menggunakan obat herbal yang diramu sendiri. Berbahan dasar air kelapa, telur ayam kampung, dan susu murni,” kata lulusan Fakultas Hukum Unnes ini.

Lewat program rehabilitasi ini, sejak berdiri hingga kini, Ponpes At Tauhid sudah menyembuhkan 1.200 santri dengan tingkat kesembuhan 95 persen. Sedangkan masa rehabilitasi selama 1 tahun. Terbagi menjadi dua, enam bulan pertama penyembuhan. Selanjutnya pemulihan.

“Setelah masa pemulihan itu yang paling penting adalah bagaimana si anak punya sesuatu yang bisa dikerjakan, ada sesuatu yang dia senangi, biar mereka bisa move on dari narkoba,” ungkapnya.

Pada semester kedua santri diarahkan untuk memikirkan masa depannya. Pihak pesantren memberikan pelatihan sesuai dengan minat bakat yang dimiliki. Seperti otomotif, menjahit, MUA, dan wirausaha lainnya. Diharapkan setelah keluar, mereka dapat bekerja dan siap terjun ke masyarakat.

“Kami juga kerja sama dengan Disnaker biar mereka punya keterampilan. Sehingga, pas mereka keluar dari pesantren tetap punya bekal, punya sertifikasi, biar tidak bingung mau ke mana,” tegasnya.

Salah satu santri Aan Anjani kini sudah sembuh dari depresi yang pernah dideritanya. Namun dia memilih mengabdikan diri di ponpes dengan menjadi perawat. “Dulu kan saya pernah jadi santri. Alhamdulillah sudah sembuh. Sekarang giliran saya membantu teman-teman biar bisa pulih seperti saya,” ungkapnya. (kap/mg4/mg5/ida)

Reporter:
Khafifah Arini Putri

Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya