RADARSEMARANG.COM, Semarang – Belajar agama menjadi hak semua insan manusia. Termasuk para anak jalanan dan preman. Apalagi saat ini banyak berkembang paham radikalisme dan intoleran terhadap sesama yang berdampak negatif bagi persatuan bangsa Indonesia.
Pondok pesantren (Ponpes) Santri Ndalan (Sandal) Nusantara menampung para santri dengan berbagai latar belakang kehidupan yang beragam mulai dari anak-anak hingga remaja. Uniknya, sebagian dari mereka ada yang mantan preman, mantan nara pidana (napi), peminum, pemabuk, hingga pengguna narkoba, dan lainnya. Mereka di ponpes tersebut belajar agama.
“Awal berdirinya Ponpes Sandal Nusantara ini sebenarnya karena paham radikalisme yang berkembang pesat. Banyak orang yang berpendidikan dan sedang mencari tuhan mau masuk ke sana. Sandal muncul sebagai wadah bagi mereka untuk belajar agama,” kata Pengasuh Ponpes Sandal Muhammad Nurul Huda saat ditemui RADARSEMARANG.COM Minggu (26/3).
Ponpes Sandal Nusantara saat ini berpusat di Masjid Baitun Naim Pleburan Kota Semarang. Gus Huda –sapaan pengasuhnya- mengakui, 99 persen santrinya adalah ‘bodolan’ atau mereka yang bermasalah dengan dirinya. Namun Allah SWT selalu memerintahkan hambanya untuk bertaubat, meskipun pernah melakukan kesalahan dan dosa.
“Dulunya mungkin mereka belum terdidik (secara agama, red). Meskipun sudah ada yang berpendidikan tinggi, tapi masih kurang pendidikan agama, Ilmu, dan akal. Kalau tidak dilakukan dengan baik alias tidak dari dalam hati, tentu jadinya okol. Insya Allah dengan diberikan pendidikan yang baik dan dikenalkan dengan agama, tentu akan lebih baik lagi,” bebernya.
Ponpes Sandal Nusantara ini berafiliasi dari Nahdatul Ulama (NU). Merupakan bagian dari badan otonom (Banom) kepemudaan yakni Ansor dan Banser. Dan Ponpes Sandal Nusantara ini menjadi wadah masyarakat dengan latar belakang yang berbeda ini untuk belajar tentang NU. Setelah itu, para santri akan diarahkan kedua cabang kepemudaan tersebut.
“Nggak mungkin dari jalanan langsung masuk kesana, harus ada wadah dulu. Nah setelah kami wadahi, nanti kami arahkan untuk masuk ke Ansor ataupun Banser,” tuturnya.
Sebelum Ramadan, kegiatan nyantri di Sandal Nusantara cukup unik. Para santri mengaji di taman-taman kota, misalnya Taman Pandanaran, Tugu Muda, Simpang Lima, maupun di Banjir Kanal Barat.
Meskipun kegiatan keagamaan dipusatkan di Masjid Masjid Baitun Na’im, Gus Huda ingin tempat yang tidak pernah dibuat atau dipakai mengaji, sekarang dipakai mengaji.
“Ya intine nggak buat pacaran tok. Khusus Ramadan tahun ini, kami pusatkan di masjid Masjid Baitun Na’im,” katanya.