RADARSEMARANG.COM – Jembatan Wonokerto memiliki sejarah yang cukup panjang seiring dengan dibangunnya Jalan Raya Pos. Jalan yang dibangun semasa zaman pemerintahan Gubernur Jenderal Herman Willem Daendels di 1808 ini membentang antara Anyer, Banten hingga Panarukan, Jawa Timur. Karena itu, jalan Pantura Demak merupakan bagian penting dari Jalan Raya Daendels yang memiliki panjang 1.000 kilometer tersebut.
Bagian penting dari jalan raya ini adalah jembatan Wonokerto di Kecamatan Karangtengah, Kabupaten Demak. Jembatan ini dulunya dibuat dengan bahan kayu jati. Jembatan ini berada di jalur penghubung Semarang dan Demak. “Dulu, jembatan Wonokeeto berasal dari papan kayu yang kemudian dilapisi aspal,” kata Kartoyo, warga RT 2 RW 4, Desa Dukun, Kecamatan Karangtengah.
Menurutnya, pada 1975 hingga 1977, jembatan masih berupa kayu papan. Kemudian, dalam perkembangannya pada 1992 diganti dengan konstruksi plat baja. “Jembatan ini pada 2022 kemudian dibongkar lagi dengan konstruksi baja dan beton,” ujar Kartoyo yang rumahnya berdekatan dengan jembatan Wonokerto tersebut.
Menurutnya, jembatan Wonokerto dulu hanya satu. Kemudian ada satu lagi yang merupakan jembatan rel kereta api. Namun, setelah tidak ada kereta api pada 1985-an, jembatan diganti dan difungsikan menjadi jembatan jalan raya. Sehingga ada dua jembatan sebelah kanan dan kiri. Jembatan itu kemudian digunakan untuk kendaraan yang dari arah Demak-Semarang dan sebaliknya dari arah Semarang-Demak.
“Kalau soal sisi mistis atau misteri dari jembatan Wonokerto ini saya sendiri yang asli sini belum pernah mendengarnya. Yang ada adalah sisi mistis di jalan raya sebelah barat jembatan yang jaraknya sekitar 1,5 kilometer arah Semarang. Di dekat area makam itu dulu cukup wingit karena kerap ada penampakan perempuan yang sering mengganggu pengendara bermotor. Biasanya, muncul di boncengan motor lalu tiba-tiba hilang,”ujarmya.
Konon, sosok perempuan misterius itu dulunya merupakan warga dari sebuah desa di sekitar sungai Wonokerto. Yaitu, utara jembatan Wonokerto. Berdasarkan cerita warga, sosok perempuan itu suatu saat pernah menyeberangi sungai Wonokerto tapi gagal sehingga tenggelam di dasar sungai. Rohnya pun gentayangan yang kemudian kerap menampakkan diri di daerah yang dikenal wingit tersebut.
“Jalan ke mana-mana dan sering mengganggu pengendara bermotor. Itu dulu ya. Saat itu juga belum ada listrik. Sekarang kan jalan raya sudah ramai juga sudah ada listrik jadi sisi mistis di kawasan yang dekat dengan jembatan Wonokerto juga sudah tidak terdengar lagi,” katanya. Apalagi, saat merenovasi jembatan Wonokerto juga didahului dengan selamatan atau doa bersama. (hib/ton)