RADARSEMARANG.COM – Perlintasan kereta api tanpa palang pintu kerap memakan korban. Salah satunya di kawasan Kaligawe. Tepatnya di perlintasan rel ganda Tanggungrejo-Purwosari. Sudah ada belasan peristiwa kecelakaan yang melibatkan kereta di kawasan tersebut. Konon, para korban kerap menampakkan diri tengah rel.
Pengguna jalan memang harus ekstra hati-hati ketika melintas di kawasan tersebut. Selain tidak ada palang pintu dan rambu lain, kontur jalannya cukup menanjak. Ditambah ada tembok besar sebagai pembatas dengan permukiman. Kondisi tersebut membuat pengendara tidak memiliki pandangan bebas.
Selain itu, rel ganda ini juga melintasi Sungai Banjir Kanal Timur. Menghubungkan Tanggungrejo –Cilosari.
Seorang warga Tanggungrejo, Sugiyanto, 33, bercerita, pada 2019, ia pernah melihat penampakan korban kecelakaan (tertabrak kereta api). Saat itu, malam Jumat. Ia bersama dua temannya bermain ke Kampung Cilosari, melewati rel. Ketika perjalanan pulang, ia melihat penampakan korban kecelakaan. Tidak hanya satu, tapi 17 orang. Posisinya berjejer di atas rel dan saling berhadapan.
Sosok penampakannya ada yang memakai sarung, ada yang muda sampai tua. Sugiyono tidak mengenal para korban, namun ia memastikan satu sosok tersebut adalah pengemudi truk yang menjadi korban kecelakaan KA pada tahun 2015.
Mau tidak mau, Sugiyanto dan rekannya harus melewati belasan sosok tersebut.
“Saya langsung berjalan dan permisi kepada mereka,” katanya kepada RADARSEMARANG.COM Jumat (3/9/2021).
Sugiyanto tak menatapnya, tapi ia mendengarkan sejumlah sosok tersebut saling bersapa dan mempersilakan lewat. “Tapi dua teman saya tidak mendengar sapaan dari sosok tersebut,” katanya.
Warga lain, Yarkasi Sukadi, 53, mengaku sering diajak anak-anak bermain yang berpakaian keraton di tengah rel ketika adzan Azhar. Ia hampir tertabrak karena suara kereta api hampir tak terdengar.
Menurutnya, sebelum kecelakaan biasanya ada beberapa pertanda. Biasanya ada anjing mengaung, dan ada suara tangisan terdengar oleh warga sekitar. “Terdengar juga bunyi gamelan pada malam hari. Biasanya besok siangnya ada kecelakaan,” ujarnya.
Kisah mistis di kawasan tersebut tak sekadar itu. Sejumlah warga juga meyakini ada kerajaan ghaib di bawah Sungai Banjir Kanal Timur. Sugiyono mengaku dengan mata kepala sendiri melihat kerajaan tersebut. Ia bercerita, saat itu menyelamatkan seorang anak yang hampir tenggelam di sungai Banjir Kanal Timur. Anak tersebut bernama Arif, diajak berenang di sungai bersama tiga temannya.
Sugiyanto mencapai batasnya ketika sudah menolong anak itu. Sambil setengah sadar karena megap-megap, ia mencapai di dasar sungai dan melihat ada kerajaan mewah. Hampir terkecoh, ia langsung membaca doa dan berenang ke permukaan. Akhirnya ia selamat bersama anak-anak lainnya. “Jadi di dasar sungai ada kerajaan yang megah, kubahnya berwarna hitam,” tuturnya.
Yarkasi pun meyakini cerita tersebut. Menurut nenek moyang, dulunya kerajaan. Kerajaannya sampai sekarang ada, tetapi dalam bentuk ghaib.
Ia menceritakan, pada 2010 ada seorang warga Tanggungrejo, kesurupan. Sosok yang merasukinya mengaku dari suatu kerajaan yang berada di dasar sungai. Kemudian meminta sesajen apabila ada orang yang mempunyai hajat.
“Sesajennya itu beras, pisang emas, brambang, bawang, cabai, kelapa yang dibolongi kemudian diberi candu atau gula jawa, dan bunga selametan yang dimasukkan ke wadah kemudian ditaruh di atas rel,” jelasnya.
Diketahui, kecelakaan terakhir terjadi pada awal Agustus 2021. Entah kebetulan atau memang pertanda, saat kejadian ada warga yang menikah. Kecelakaan itu menewaskan seorang tukang becak. (cr6/zal)