RADARSEMARANG.COM – Gunung Tidar merupakan salah satu objek di Kota Magelang yang kerap dikunjungi masyarakat. Baik sekadar melancong, ziarah, sampai mencari wangsit. Gunung Tidar berdasar mitologi Jawa dikenal sebagai Pakuning Tanah Jawa. Gunung yang bisa didaki dalam waktu kurang dari satu jam ini, juga menyimpan berbagai cerita misteri.
Gunung Tidar terdapat beberapa makam yang menjadi objek berkembangnya wisata spiritual di Kota Magelang. Yakni makam Syaikh Subakir, makam Kiai Sepanjang, dan makam Kiai Semar. Di sebelah selatan lapangan puncak ada makam Raden Purbaya.
Dua wartawan RADARSEMARANG.COM, Jumat (12/2/2021) lalu, melakukan perjalanan ke Gunung Tidar. Lukman dan Rofik. Berangkat pukul 08.30. Hanya butuh 45 menit untuk sampai puncak. Berjalan dengan ritme santai. Beberapa menit menelusuri jalan setapak, wartawan koran ini sudah disapa dengan lima makam tua warga Tionghoa. Konon, makam itu merupakan tokoh tersohor di Kota Magelang.
Jalur menuju puncak sudah tertata. Banyak anak tangga berlandas batu. Perjalanan saat itu begitu sepi. Tidak ada pengunjung lain. Oiya, tim memilih perjalanan pagi karena pertimbangan cuaca. Mengingat beberapa hari terakhir, menjelang sore selalu hujan. Setelah melalui beberapa anak tangga, akhirnya wartawan koran ini tiba di makam Syaikh Subakir. Setelah selesai berdoa di makam Syaikh Subakir, kemudian melanjutkan perjalanan.
Menaiki tangga sejauh kurang lebih 100 meter. Tiba lah di Makam Kyai Sepanjang. Bangunan makam berbentuk persegi panjang. Di dalam bangunan tersebut, ada sebuah pondasi berukuran tujuh meter dengan lebar satu meter. Itu merupakan makam senjata tombak panjang. Dahulu digunakan oleh Syekh Maulana Subakir untuk melawan para jin dan roh jahat yang menguasai Gunung Tidar. Senjata itu bernama ‘Kiai Sepanjang’.

Tim Radar Semarang kembali melanjutkan perjalanan ke puncak Gunung Tidar. Dengan menaiki tangga sejauh kurang lebih 100 meter, lagi. Titik puncak tanahnya cukup lapang dan datar. Terdapat beberapa situs. Yang paling terkenal adalah tiang beton berwarna putih. Itu merupakan monumen atau simbol kosmik, yakni “Paku Tanah Jawa”. Di atasnya tertulis aksara Jawa ‘Sa”, yang bermakna “Sapa Salah Saleh” atau “Siapa yang Salah akan Kalah. Tugu inilah yang dipercaya sebagian orang sebagai Pakunya Tanah Jawa, yang membuat tanah Jawa tetap tenang dan aman,” jelas Sudrajad, seorang pengelola objek Gunung Tidar.
Sudrajad bercerita, di makam Kyai Sepanjang pernah ada sosok genderuwo yang tertangkap kamera pengunjung. Selain itu ada juga sosok pocong. “Pernah ada anak yang melihat pocong di belakang loket,” ceritanya.
Selain ada sosok genderuwo dan pocong, ada juga sosok Wanoro Seto. Sosok kera putih raksasa. Menurut Sudrajad, Wanoro Seto merupakan rajanya kera di Gunung Tidar. Sering menampakkan diri di tangga sekitar pendopo pintu keluar. “Dulu ada pengunjung yang pernah melihat Wanoro Seto. Mereka melihat sesosok raksasa putih menyerupai seekor kera. Ukurannya hampir sebesar Gunung Tidar,” kata Sudrajad sembari menambahkan, kera putih ini bisa dipanggul dengan berbagai mantra Jawa.
Selain menjadi tempat wisata dan berziarah, tak sedikit orang mencari ilmu spiritual. “Kalau malam hari, banyak orang yang datang untuk melakukan ritual, ada juga yang datang untuk berdoa dan berziarah. Tapi tak sedikit ada juga yang datang untuk mencari wangsit,” jelasnya.
Selain penampakan hantu, ada beberapa cerita mistis yang memakan korban. Sudrajad bercerita, pada tahun 1963 ada rencana pembangunan jalan melingkar dan villa di Gunung Tidar. Namun banyak hal-hal aneh terjadi.
“Setelah jalan melingkar ini jadi, banyak memakan korban. Salah satunya pemilik ide dari pembangunan jalan dan villa meninggal dunia tanpa sebab. Kemudian pemimpin proyek bunuh diri,” ujarnya.
“Ada juga komunitas mobil jeep yang mencoba jalan ini, salah satu mobil dan penumpangnya menghilang dan belum ditemukan sampai saat ini,” cerita Sudrajad.
Cerita-cerita mengenai Gunung Tidar tidak lantas membuat masyarakat menyurutkan niat untuk berkunjung. Ada yang sekadar berolahraga, berziarah, maupaun berwisata. (rfk/zal)