RADARSEMARANG.COM – Kelurahan Rowosari Kecamatan Tembalang Kota Semarang memiliki bangunan tua berbentuk piramida. Bangunan ini dibangun pada tahun 1990-an sebagai kantor pemasaran perusahaan real estate developers PT Tanah Mas Duaja. Konon lokasi itu sering digunakan untuk uji nyali karena horor.
Dari kejauhan, piramida Rowosari ini cukup unik. Konsep building-nya membuat penasaran. Gagah, kokoh berdiri di atas bukit. Untuk menuju lokasi, harus melewati jalan terjal. Banyak bebatuan bekas aspal yang membuat pengunjung kesulitan mengakses jalan ke sana.
Bangunan lima lantai ini hanya beroperasi lima tahun. Terbengkalai usai pemiliknya meninggal. Barang-barangnya pun banyak yang dicuri. Kini, hanya tersisa bentuk fondasinya. Di sekeliling gedung dipenuhi semak belukar, di lantai-lantai berserakan kaca yang pecah, banyak coretan tulisan di dinding. Lumut-lumut tumbuh sembarang menambah situasi semakin mencekam.
Menurut Yanti, warga yang juga sebagai tukang saat pembangunan, sejak pengerjaan bangunan ini sudah horor. Salah satunya pembangunan fondasi lantai dua yang menyisakan kisah tak terlupakan. Ia mengatakan, besi yang bakal dipakai untuk fondasi atau cakar ayam hilang. Karena hal itu, proyek ini akhirnya berpindah tangan.
“Dipasang lagi, hari berikutnya hilang lagi. Tak hanya sekali, kejadian itu berulang sampai tiga kali,” katanya.
Usai terbengkalai, Piramida Rowosari ini dijadikan sebagai tempat objek uji nyali. Menurut Yanti, banyak Youtuber yang sering mampir untuk membuat konten horor salah satunya akun Semarang Angker. Yanti menjelaskan, pernah juga ada yang kesurupan karena sering melamun.
Konon, Piramida Rowosari ini menjadi tempat yang dihuni banyak setan. Infonya banyak orang-orang dari luar kota yang datang ke piramida ini untuk mencari setan. “Ada yang jauh-jauh dari Jakarta ke sini cuma nyari setan. Malah sering dijadikan tempat uji nyali juga,” tuturnya.
Beberapa waktu lalu, imbuhnya, beberapa orang juga sempat membuat konten vlog di piramida Rowosari ini. Bahkan, peserta uji nyali itu sendiri juga melihat penampakan sosok hantu perempuan yang menangis di lantai dua gedung ini.
“Kalau dulu, ada yang pernah lihat sosok katak besar sekali. Tapi kalau orang yang enggak bisa melihat hantu, hanya seperti katak biasa,” bebernya.
Yanti sudah terbiasa dengan hal tersebut. Karena sebelumnya ia bersama komunitas jaranan di Desa Banyu Meneng Mranggen juga sering mengadakan acara di sana. Bahkan, rekan-rekannya juga mengalami kesurupan masal pada saat itu.
“Orang yang kerasukan itu biasanya dimasuki sama Mbah Karto. Makamnya di bawah enggak jauh dari lokasi piramida ini. Mbah itu sepertinya ulama yang jaga tempat ini, jadi apa-apa izin dulu. Malah ada yang pernah diingetin sama suara doang nggak ada wujudnya,” ujarnya.
Warga sekitar terkadang juga diganggu oleh sosok suster ngesot yang terlihat sekilas di area gedung piramida Rowosari ini. “Pernah juga mencium bau dupa di sekitar gedung, tapi tidak ada pas dicari” jelasnya. (ifa/mg3/lis)