28 C
Semarang
Monday, 16 June 2025

Nita Setyawati, Hidupkan Tarian yang Telah Punah

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COM, WALAUPUN tak berasal dari Kabupaten Batang, Nita Setyawati punya ikatan kuat terhadap destinasi wisata di Batang.

Wanita 31 tahun asal Gersik, Jawa Timur ini, berhasil menghantarkan Desa Besani, Kecamatan Blado, masuk 75 Desa Wisata Terbaik Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2023. Sementara total pesertanya mencapai 4.573 desa se-Indonesia.

Atas kesuksesannya itu, Menparekraf Sandiaga Uno akan berkunjung di Desa Wisata Besani pada Mei 2023. Desa wisata ini baru terbentuk tahun 2022 dan tergolong desa wisata rintisan. Nita sudah mengikutsertakannya dalam beberapa ajang lomba dan masuk dalam beberapa nominasi.

Mulai dari 100 ADWI 2022, dan nominasi 10 terbaik Anugerah Pesona Indoensia Award, kategori minuman tradisional dan destinasi kreatif.

“Desa Besani bukanlah desa wisata, tetapi saya ingin mengembangkan Desa Wisata di Batang sebagai bentuk kepedulian saya terhadap kota ini,” ujar warga Kecamatan Batang yang menjadi ketua desa wisata Besani kepada RADARSEMARANG.COM.

Tantangan besar dialami saat awal merintis desa wisata. Kisahnya bermula saat Nita memberikan sosialisasi kepada Perangkat Desa Besani. Ini dilakukan untuk menggali potensi yang ada. Ia memberikan contoh hal-hal kecil yang bisa membuka mindset para perangkat.

Potensi desapun diteliti, mulai dari wisata alam yang ada. Di sana ada curug, namun berada di hutan. Iapun meminta pihak desa untuk membersihkannya dan memberinya papan nama.

“Untuk wisata seni budaya apa yang ada di sini. Mereka menjawab ada tari kuntulan, tapi sudah hilang yang bisa hanya orang tua zaman dulu. Saya minta agar orang tua yang masih bisa untuk latihan kembali dan melakukan regenerasi ke anak-anak muda,” terangnya.

Staf Komunikasi dan Kesekretariatan BPJS Kesehatan Cabang Pekalongan ini juga menjelaskan jika penginapan menjadi salah satu perhatian. Warga pesimistis karena tidak ada homestay dan rumah-rumah di sana dianggap jelek.

Nita kembali mengubah mindset warga dengan mengatakan bahwa homestay tidak harus bagus. Terpenting adalah bersih, turis akan lebih suka homestay yang alami dan berbaur dengan masyarakat.

Oleh-oleh juga dipikirkan dengan melabeli opak buatan warga sebagai produk khas warga setempat. Kemasannya pun diperbaiki agar lebih kekinian.

“Saya dibantu oleh teman-teman saya tim E-light Creative Production, Amelia, Eka, Rizki yang membantu saya mewujudkan Desa Wisata Besani. Mulai dari membantu sosialisasi hingga mempromosikannya baik di Indonesia maupun luar negeri khususnya di China,” terangnya.

Pemandangan alam perkebunan teh menjadi unggulan dengan pengolahan secara langsung teh sangan. Hal ini menjadi daya tarik warga asing khususnya China, karena mereka sangat menyukai teh dalam budayanya. Selain itu jadi wisata dolanan zaman dulu yang mengenalkan budaya Jawa dan Desa Mandarin.

Ia berharap Desa Wisata Besani bisa terkenal baik di Indonesia maupun di luar negeri. Khususnya turis China. Besani membawa tagline gerbang akulturasi Jawa China yang berkelas Internasional. Berbagai cara digunakan untuk mengenalkan Besani ke mancanegara.

Kerjasama luar negeri dengan pihak China juga berusaha diraih. Selain itu menjalin kerjasama kunjungan mahasiswa asing yang ada di Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta untuk datang di Desa Wisata Besani.

“Saya sangat menyayangkan ada beberapa pihak yang menyudutkan saya yang mengatakan bahwa saya bukan KTP Batang jadi tidak berhak melakukan ini. Tetapi prinsipnya, saya warga Indonesia yang berpegang pada Bhinneka Tunggal Ika. Jadi dimanapun saya berpijak, saya harus memberikan dampak positif termasuk pariwisata,” tandasnya. (yan/ida)


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya