RADARSEMARANG.COM, SAAT ini, banyak kegiatan positif yang bisa dilakukan remaja untuk aktualisasi diri. Salah satunya terjun di kegiatan humanity atau kemanusiaan. Hal itu dilakukan Natasya Pustika Siregar, mahasiswi Psikologi Universitas Negeri Semarang (Unnes).
Nata–sapaan akrabnya—mengaku banyak mengikuti kegiatan kerelawanan di bidang kemanusiaan. Yakni, terkait kesehatan reproduksi.
Gadis 20 tahun ini menjadi konselor sebaya di Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Jawa Tengah. Sebab, menjadi konselor relevan dengan jurusan kuliah yang sedang diambilnya di Unnes.
“Saya biasanya jadi konselor anak sekolah, remaja, mahasiswa, dan masyarakat. Saya juga sedang menyuarakan literasi pendidikan untuk anak-anak SD,” katanya kepada RADARSEMARANG.COM, Senin (17/4).
Putri pasangan Heni dan Iman ini membeberkan, alasan keaktifannya mengikuti kegiatan humanity lantaran bisa mendapatkan privillege lebih untuk menjalani pendidikan tinggi di universitas.
Dia juga bangga, jika bisa membagikan ilmu kepada orang lain. Selain itu, kegiatan yang tengah dia jalani menjadi aktualisasi diri.
“Saya merasa ingin terus berbagi kepada orang lain dengan apa yang saya miliki. Walaupun hanya sekadar pengetahuan yang seringkali dianggap sepele oleh sebagian orang,” jelas mahasiswi semester empat ini.
Banyaknya kesibukan yang tengah dijalani Nata, tentu membuatnya harus pandai memanajemen waktu. Termasuk waktu perkuliahan. Biasanya, dia seringkali menyusun jadwal dengan Google kalender. Serta mengkomunikasikan kesibukannya dengan dosen, kolega, dan partner dalam organisasi.
Meski kerap menyuarakan isu mengenai kesehatan reproduksi, kesehatan mental, dan seputar seksualitas dan gender, Nata berharap bisa semakin luas mendapatkan manfaatnya.
“Saya juga bisa meluas karir hingga ke Unicef. Dan rata-rata remaja yang saya bimbing mendapatkan permasalahan remaja, seperti kekerasan dalam pacaran, burnout akademik, krisis identitas, dan juga pernah KTD atau kehamilan tidak direncanakan,” terangnya.
Kendati begitu, Nata senang bisa mendapat feedback positif dari klien remajanya. Itu karena peran konselor sebaya adalah membantu mendengarkan dan sebagai support system.
“Saya senang karena bisa membantu. Tetapi semua keputusan memang ada di klien remaja. Saya hanya mendengarkan permasalahan dan memberikan pilihan. Yang memilih ya kliennya,” tandasnya. (dev/aro)