RADARSEMARANG.COM, MEMILIKI paras cantik itu hadiah dan keberuntungan. Tentu saja hal itu tak membuat Lia Eva Lestari bahagia. Baginya, kecantikan wajah harus dibarengi dengan kelembutan hati dan pikiran.
“Cantik itu sangat relatif. Dan itu bukan jaminan kita bisa sukses. Yang bisa kita ikhtiarkan adalah terus berusaha menjadi lebih baik dan bersyukur bisa bermanfaat untuk orang lain,” kata gadis kelahiran 5 Februari 2001 ini.
Dara yang kini beranjak dewasa itu telah ikut merasakan pasang surutnya kehidupan. Baginya, hanya dengan bekerja keraslah kesusksesan bisa diraih. Untuk itu, ia terus melatih dirinya tumbuh lebih mandiri.
“Lia hanya ingin hidup menjadi lebih baik. Syukur bisa memberikan manfaat untuk orang lain,” ujar gadis 22 tahun yang sedang menempuh pendidikan sarjana Fakultas Komunikasi dan Ilmu Politik Unsiq Wonosobo.
Lia yang tercatat sebagai santriwati Pondok Pesantren (PP) Tahfidzul Quran Nawir Qulubana ini sudah semester 6. Dirinya mengikuti program kuliah percepatan yang hanya 3,5 tahun.
“Lia milih tinggal di pondok pesantren dari pada di kos. Kalau di kos banyak waktu terbuang sia-sia,” ujarnya.
Selain itu, sejak setahun ini, Lia sudah menjajal kerja di bagian conten creator salah satu rumah makan di Wonosobo. Dari hasil itu, ia sudah tidak lagi meminta uang saku ke orang tuanya.
“Beryukur banget, sekarang urusan kuliah dan keperluan di pondok sudah tidak meminta lagi ke orang tua,” katanya.
Dia rasakan, menjadi mahasiswi, santriwati, sekaligus karyawati itu melelahkan. Namun ia tetap bersyukur, karena hari-harinya sudah bisa melakukan aktivitas produktif.
“Iya di awal-awal menjalani memang benar-benar capek. Tapi kalau sekarang sudah lebih enak karena sudah terbiasa,” katanya. (git/ida)