RADARSEMARANG.COM, BAGI Maulida Ade Suryani Sadaruddin, menjadi santri adalah sebuah privilege. Karena mendapat amanah untuk meneruskan ilmu para nabi. Maulida pun bersyukur dan menikmati perjalanan menjadi seorang santri.
Menurut Wakil Mudir Muhammadiyah Boarding School (MBS) Taruna Krapyak Pekalongan ini, berproses menjadi santri bisa di mana saja. Mengaji dengan para kiai, ustadz-ustadz, ataupun nyantri di pondok pesantren (ponpes). Namun dewasa ini, ponpes lebih digandrungi karena dinilai memiliki sistem pendidikan yang terbaik. Santri dididik sejak bangun tidur, sampai tidur lagi. Ditambah pengawasan dan pendampingan dilakukan oleh musyrifah.
“Di pondok, santri benar-benar dididik selama 24 jam penuh,” ucap Alumni Pendidikan Ulama Tarjih Muhammadiyah (PUTM) Yogyakarta ini.
Dia mencontohkan, di Ponpes MBS Putri Taruna, para santri dibekali tentang ilmu-ilmu syariah seperti fiqih, aqidah, dan ilmu-ilmu alat seperti nahwu dan shorof.
“Ditambah pembiasaan seperti tilawah Alquran, tahfidzul quran, serta ibadah-ibadah harian,” ujarnya.
Keseluruhan ilmu dan pembiasaan tersebut tentu akan saling bersinggungan dan berkesinambungan satu sama lain. Dan tentu saja, yang utama santri dibina adab dan akhlaknya.
“Berdasarkan qaul ulama, bahwa Al-Adab Qabla Al-Ilmu, beradablah sebelum berilmu,” katanya.
Hal ini sesuai dengan slogan yang mereka dengungkan, sebagai Pondok Peradaban. Untuk itu, santri dibekali adab dari berbagai sisi. Dari adab menuntut ilmu, adab kepada orang tua, adab kepada guru, adab bergaul dengan teman sebaya, dan lain-lain. Hal ini bertujuan agar tertanam akhlak dan pembiasaan adab yang baik, sebelum ilmu dipelajari.
“Ketika akhlak dan adab sudah terinternalisasi ke dalam diri setiap santri, maka ilmu-ilmu itu akan lebih mudah untuk dipelajari,” tandasnya. (han/zal)