31 C
Semarang
Monday, 23 December 2024

Ratih Anggun Perdhani, Ciptakan Tujuh Varian Teh

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COM, Ratih Anggun Perdhani, 34, terjun ke dunia artisan tea atau peracik teh sejak akhir 2016. Kisahnya bermula saat wanita pecinta kopi itu jatuh sakit. Ratih tidak boleh lagi mengonsumsi kopi. Sejak itu orang tuanya mulai mengenalkan produk teh-teh lokal dari Kabupaten Batang.

Wanita asal Kelurahan Kauman, Kecamatan Batang itu pun mulai tertarik dengan teh-teh dari daerah Pagilaran. Pada 2017, teh itu dibawanya ke Kota Semarang untuk dikenalkan dalam acara Car Free Day. Ia pun mulai serius menggarap bisnis tersebut. Berbagai perizinan diurus, hingga akhirnya bisa melakukan pengiriman ke Inggris pada Maret 2018.

Teh-teh yang dipasarkannya masih berupa teh original. Belum ada pencampuran. “Setelah itu saya baru tahu kalau teh itu hampir sama dengan kopi. Cara menyeduh, teste rasanya dan lain sebagainya. Akhirnya cari tahu dan belajar di Indonesian Tea Institute,” ucapnya.

Selanjutnya, pada 2020 Ratih mengikuti kompetisi artisan tea tingkat nasional. Ia mendapatkan juara II sebagai local brand tea category melalui racikan teh bernama Nalawatea. Sejak itu, mulai banyak pesanan untuk membuat teh racikan. Namun ia belum percaya diri untuk membuat racikan teh bercampur rempah.

Lambat laun ia pun semakin percaya diri menciptakan racikan-racikan teh baru. Hingga kini sudah ada tujuh racikan teh yang telah berhasil diciptakan. Yaitu, Swaran Blue, Santika, Dahayu, Nalawatea, Ramu Cotecaberry, Manala Chai, dan Darana Cocopandan. Tiap racikannya dinamai dengan kata yang berasal dari bahasa Sansekerta. Sehingga memunculkan kesan lokalnya.

“Bahan baku teh ini dari lokal Kabupaten Batang. Beberapa supplier teh dari luar daerah juga menghubungi saya untuk menggunakan bahan baku dari mereka. Cuma saya masih idealis untuk mengangkat produk teh lokal sini. Walaupun secara harga lebih murah mereka,” terang wanita yang juga menjadi UMKM binaan Bank Indonesia (BI) Tegal ini.

Seluruh teh buatannya diberi merek Nala Indonesian Tea. Beberapa teh yang paling banyak dicari orang adalah varian Dahayu, Santika, dan Swaran Blue. Teh-teh itu punya khasiat dan rasa yang khas. Misalnya, Nalawatea dan Santika yang dicari karena khasiat untuk diet hingga relaxing. Kemudian Swaran Blue punya khasiat detox, relaxing, antiangine, hingga antioksidan.

Berbagai rempah dicampurkan untuk membuat satu racikan. Seperti dalam racikan Nalawatea, dibuat dari teh putih, bunga telang, berry, rose, dan lainnya. “Ini rasanya lebih fresh ringan, tidak sepet. Berasa rempah, tapi menyatu tidak satu-satu. Di badan anget tapi seger,” ujarnya.

Selain itu, teh racikan tersebut juga punya warna tersendiri. Menyesuaikan air yang digunakan untuk menyeduh. Menyesuaikan pH pada air. Misalnya, Nalawatea diseduh menggunakan air merek Le Minerale akan berwarna peach. Pakai air keran akan berwarna kuning, dan menggunakan air merek Aqua akan berwarna pink.

Melalui artisan tea ini, Ratih ingin membuat teh lokal naik kelas. Karena lebih menarik secara tampilan, rasa, dan kemasan. Saat ini, ia bisa memproduksi hingga 250 bungkus teh racikan. Satu kemasan berukuran kecil memiliki berat 10 sampai 20 gram. Sementara kemasan besar beratnya 59 gram dan 100 gram.

Harganya bervariasi, mulai Rp 25 ribu hingga ratusan ribu rupiah. Teh tersebut juga sudah melalang buana ke berbagai negara. Mulai dari Italia, Inggris, Swis, Australia, dan Norwegia. “Kalau omzetnya sekarang masih kurang dari Rp 10 juta per bulan,” tandasnya. (yan/aro)


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya