RADARSEMARANG.COM, KREATIF, kata yang pantas disematkan pada Dwi Astuti. Mahasiswi jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Komunikasi (FISK) Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) ini menggeluti dunia kuliner sejak dua tahun silam.
Setelah lulus SMK Negeri 1 Tengaran, ia tak langsung masuk ke perguruan tinggi. Putri dari pasangan Didik Darmadi dan Nunuk Solikah ini bekerja agar bisa membiayai perkuliahannya sendiri. Mulai dari jualan online dan bekerja di salah satu konter di dekat rumahnya.
“Dari awal memang ingin kuliah, tapi tidak mau merepotkan orang tua. Akhirnya ya jualan online dan kerja buat nabung,” jelasnya.
Tak hanya itu wanita berusia 21 tahun ini gemar memasak. Hobinya ini ia manfaatkan sebaik mungkin. Mahasiswi semester tujuh ini terus belajar memasak dan menciptakan inovasi baru.
“Awalnya iseng-iseng. Ketika ada waktu luang, aku gunakan buat eksperimen memasak. Awalnya makanan yang digemari remaja seperti takoyaki, corndog, setup keju, gitu pasti kan laku dijual dan Alhamdulillah teman-teman pada suka,” terangnya.
Untuk pemasaran awalnya menggunakan media sosial seperti whatsapp dan Instagram. Pemilik kedai kurnia kitchen ini terus melakukan inovasi agar dagangannya semakin dikenal banyak orang.
“Ada satu menu yang paling digemari, namanya dalgona sari kacang hijau. Waktu dulu lagi booming, akhirnya aku buat inovasi. Sampai sekarang menjadi menu andalan. Pintar-pintarnya kita aja dalam mencari momen dan melihat pasar,” katanya.
Setiap hari ia bisa melayani 100 gelas dalgona sari kacang hijau, bahkan lebih. Satu gelas dihargai dengan Rp 5.000 untuk rasa original. Selain di Tengaran, ia juga buka di Semarang. Rencananya ke depan adalah membuat cafe kekinian yang bisa digunakan untuk nongkrong.
“Alhamdulillah sekarang bisa membantu orang tua buat tambahan biaya kuliah. Sekalian untuk nabung. Aku ingin punya cafe yang kekinian agar mahasiswa kaya aku ini ada tempat buat ngerjain tugas yang nyaman,” akunya.
Ibu satu anak ini juga tak melupakan tugasnya. Ia tetap menjalankan kewajibannya sebagai seorang ibu dan seorang istri. “Berumah tangga, tak menghalangi seseorang untuk terus belajar dengan menempuh pendidikan tinggi dan berkarir,” jelasnya. (cr4/ida)