RADARSEMARANG.COM, Bagi Dina Zahrotun Ni’mah, bermain peran bukan sekadar seni untuk menghibur orang. Seorang aktor atau aktris harus mampu memahami dan menjadi tokoh yang diperankan dalam setiap cerita yang disajikan.
Gadis yang akrab disapa Dina ini mengakui, bermain peran tidaklah mudah. Serangkaian latihan mulai dari olah vokal, olah gerak, olah rasa, intonasi, ekspresi, dan moving harus dilakukan dengan matang.
Gadis kelahiran 18 Desember 2001 ini mulai menekuni seni teater sejak SMA. Saat itu, ia aktif mengikuti kegiatan ekstrakurikuler dan lomba.
Kini, ia juga aktif dalam organisasi teater di kampusnya Universitas Islam Sultan Agung (Unissula) Semarang.
Selain karena kesenangannya untuk tampil di depan umum dan menghibur banyak orang, bagi Dina bermain teater membuatnya lebih peka terhadap lingkungan dan orang-orang sekitarnya.
“Misalnya, aku berperan jadi seorang pengacara, aku harus observasi bagaimana kerja dan suasana hati seorang pengacara. Ada dilema di dalam hati ketika harus membela klien,” jelasnya.
“Dalam bermain peran, kita harus paham, nyaman, dan menghayati tokoh yang kita perankan. Dengan begitu, aku bisa memahami sudut pandang orang lain dan jadi peka sama keadaan sekitar,” katanya.
Bagi mahasiswa jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia ini, teater merupakan hal yang kompleks dan mencakup berbagai seni.
“Di teater, selain kita bisa bermain peran, kita juga bisa nyanyi dan menari untuk teater musikal. Bikin seni rupa untuk propertinya, dan ide-ide kreatifnya itu pasti terpakai kalau di teater,” ungkapnya.
Dina biasa berlatih bersama teman-teman di organisasinya dua kali seminggu. Hingga kini, total ia sudah pernah bermain di 10 pementasan.
Putri dari almarhum Sudawi dan Kalimah ini juga pernah berperan dalam beberapa film pendek yang dilombakan. Di antaranya, berjudul Emas di Jantung Pati Utara, Kilometer Kenangan, dan Terimakasih, Pak. (mg17/aro)