RADARSEMARANG.COM, Ervina Yulia Sari sudah mengenal wushu sejak kelas 3 SD. Saat itu, Ervina –sapaan akrabnya—masih berusia 9 tahun. Orang tuanya memperkenalkan wushu untuk kegiatan pendamping sekolah. Bakat wushu Ervina mulai terlihat setelah lima bulan berlatih.
Saat itu, ia langsung ditunjuk untuk mengikuti kejuaraan di tingkat nasional. Meskipun belum mendapat juara, Ervina sudah merasa senang. Sebab, di usia belia, ia sudah bisa merasakan mengikuti kejuaraan tingkat nasional.
“Kejuaraan kedua yang saya ikuti tingkat Provinsi Jateng tahun 2010. Saat itu, saya juara satu. Saya mendapat medali pertama di usia 10 tahun,” ceritanya kepada RADARSEMARANG.COM.
Sejak itu, Ervina semakin menekuni olahraga wushu. Bahkan, hingga sekarang kuliah S1 di Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) Salatiga, ia tetap menjadi atlet wushu. Ervina bergabung di Sasana Wushu Genta Suci Ambarawa. Gadis kelahiran 22 Januari 2000 ini setidaknya sudah mengoleksi 30 medali dan piala hasil kejuaraan wushu.
Ia mengaku, keberhasilan yang didapat merupakan buah dari usaha dan kegigihannya dalam berlatih. “Saya latihan rutin tiga kali seminggu. Tapi, kalau sedang mendekati kejuaraan, saya berlatih setiap hari, pagi dan sore,” ungkapnya.
Mahasiswi jurusan akuntansi ini menyadari, menekuni olahraga bela diri berisiko mengalami cedera. “Ya, saya pernah mengalami cedera lutut saat berlatih. Bahkan saya sampai vakum dari wushu selama lebih dari 4 bulan,” katanya.
Meski begitu, ia tidak menyerah. Ervina bangkit dan terus berlatih. Bagi Ervina, separo hidupnya dihabiskan untuk olahraga wushu. “Sudah 12 tahun saya menekuni wushu. Wushu sudah nggak bisa lepas dari hidup saya,” ungkapnya penuh haru.
Kerja keras, keringat, dan rasa lelahnya saat berlatih terbayarkan ketika Ervina menaiki podium dan mendapatkan medali.
“Saya akan terus menekuni wushu. Banyak manfaat yang saya dapat dari wushu. Berkat wushu, saya mendapatkan banyak teman dan dikenal banyak orang,” katanya. (mg17/aro)