RADARSEMARANG.COM, Dea Valencia dikenal sebagai pengusaha batik yang peduli dengan kalangan disabilitas. Terbukti, hampir 50 persen orang-orang yang bekerja di tempat usahanya, yakni Batik Kultur Jalan Gombel Lama, adalah para penyandang disabilitas. Seperti tunarungu, tunawicara, dan tunadaksa. Bagi Dea –sapaan akrabnya—di tengah kekurangan mereka, tetap memiliki potensi yang bisa dikembangkan.
“Waktu merintis usaha, kali pertama yang melamar Mbak Tumisih. Dia itu nggak punya tangan dua-duanya. Tapi, saat saya kenalan, dia tunjukin bisa makan dengan normal. Bisa pakai HP, bahkan bisa menjahit, dan memasukkan benang ke jarum. Lalu, dia saya beri kesempatan untuk bekerja di bagian gudang. Catat-catat barang masuk dan keluar. Dari situ, saya menyadari mereka itu punya potensi juga,”tutur Dea belum lama ini.
Di setiap batik yang dihasilkan, Dea juga selalu menyematkan foto dan identitas penjahit dari batik tersebut. Ini sebagai bentuk apresiasi terhadap penjahit yang sudah bersusah payah mengerjakan batik tersebut.
“Pada umumnya di industri fashion yang dikenal desainernya. Padahal seharusnya penghargaan diberikan kepada para penjahit yang menghabiskan waktu berjam-jam, bahkan berhari-hari untuk menyelesaikan busana tersebut. Karena itu, sebagai apresiasi, saya pasang foto dan identitas penjahit di produk batik saya,”ucap alumnus Universitas Multi Media Nusantara ini.
Sampai sekarang Batik Kultur memiliki lebih dari 3.000 pelanggan yang tersebar di Indonesia. Juga negara-negara lain, seperti Amerika Serikat, Inggris, Jerman, Hongkong, Belanda, Singapura, dan Norwegia.
“Dari sini kita simpulkan bahwa dalam bisnis fashion, nggak hanya modal cantik dan cerdas yang dibutuhkan atau kreativitas saja, tapi juga kepedulian terhadap sesama,” katanya bijak. (mg19/aro)