27 C
Semarang
Monday, 23 December 2024

Zuliyatul Fajriyah, Pernah Jadi Perawat di Jepang

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COM, Zuliyatul Fajriyah lulusan terbaik Jurusan Keperawatan Poltekes tahun 2018 kini tengah mempersiapkan diri mengikuti kursus bahasa untuk berkerja di Belanda. Dua tahun lalu Zuli –sapaan akrabnya telah bekerja di Jepang sebagai perawat. Tepatnya di Nara, Osaka.

“Aku nggak masalah sih harus belajar bahasa baru lagi, justru di situ juga bagian yang menantang,” tuturnya kepada RADARSEMARANG.COM.

Putri bungsu dari dua bersaudara ini memang dikenal tekun dalam belajar. Kegigihannya kerap membuahkan hasil manis. Setelah menempuh studi ners agar dapat bekerja sebagai perawat, ia melihat peluang kerja di Jepang. Melalui program kerja sama antar pemerintah Indonesia dan Jepang, ia mendaftarkan diri. Beruntung, ia lolos dan mampu terpilih dari ribuan pendaftar lainnya di Indonesia.

“Cuma sekitar 200 peserta yang lolos. Dulu nggak nyangka bakal kepilih, jadi coba ngeyakinin ibu buat izin kerja di sana,” katanya.

Baginya, pengalaman bekerja di Nursing Home saat di Jepang sangat menarik dibandingkan saat praktik di rumah sakit di Indonesia. Kultur masyarakatnya pun berbeda. Ia harus membiasakan diri berjalan kaki menuju halte atau stasiun. Bahkan dalam sehari bisa sampai 15 km. Selain itu juga beradaptasi dengan pergantian musim yang cukup ekstrim.

Begitu mengetahui adanya beasiswa menjadi perawat di Belanda program kerja sama Kemenkes dengan Yonema Belanda Desember 2020 lalu, ia spontan mendaftar. Selang beberapa waktu mengikuti interview, ia diumumkan lolos. Kontrak selama empat tahun itu mewajibkannya belajar kembali bahasa baru, yaitu Bahasa Belanda.

“Jadi kita ikut studi profesi sambil kerja sebagai perawat di sana. Nanti bakal dapat sertifikat perawat internasional, dan bisa untuk kerja di semua negara yang masuk Uni Eropa,” jelasnya.

Saat ini, perempuan berusia 25 tahun ini tengah mengikuti pelatihan bahasa Belanda secara virtual bersama 15 peserta lainnya. Pelatihan berlangsung selama hari kerja, dari pagi hingga sore hari. Tugas harian juga diberikan layaknya siswa sekolah. Tapi semangatnya untuk belajar tak berkurang. Ia masih tekun seperti saat masih sekolah. (cr1/aro)


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya