RADARSEMARANG.COM, Giardena Yuliettha Nugraika hobi menulis sejak duduk di bangku SMP. Kini, setidaknya ia telah menghasilkan 13 buku antologi cerita pendek (cerpen) dan puisi yang ditulis bersama para penulis lainnya.
Pemilik nama pena Dena Yuliettha ini mengaku, awalnya mengikuti kegiatan menulis cerpen pada 2018. Di acara tersebut, tulisan peserta yang dianggap bagus akan diterbitkan menjadi sebuah buku. Nah salah satunya tulisan Dena.
Sebelum itu, gadis yang tinggal di Kelurahan Meteseh, Kecamatan Tembalang, Kota Semarang ini suka menulis cerpen di buku tulisnya. Kala itu, ia belum tahu kriteria menulis cerpen itu berapa karakter. Tetapi Dena tetap menulis cerpen hingga terkumpul banyak.
Nah, suatu hari, temannya meminjam buku berisi cerpennya itu, lalu dibacalah tulisannya. Dena pun merasa senang. “Wah, ternyata ada yang baca juga,” katanya.
Ia pun semakin semangat menulis, karena mendapat apresiasi dari temannya.
Dena pernah mengalami titik di mana ia tidak lagi menulis. Saat itu, Dena sibuk dengan pekerjaannya. Hingga suatu ketika, salah satu temannya memberikan saran. “Dena, kamu kan suka nulis, kenapa kamu nggak nulis buku aja?” cerita Dena kepada RADARSEMARANG.COM.
Sejak 2016, Dena kembali terpacu untuk menulis. Selain cerpen, Dena juga menulis puisi. Salah satu karya puisinya terdapat di dalam buku yang berjudul Sekolah Rasa Palu Dongala terbit pada 2019. Buku yang ditulis Dena kebanyakan ber-genre non fiksi. Meskipun ia juga menulis beberapa buku fiksi.
Ia mengaku membutuhkan waktu dua sampai tiga hari untuk menulis satu cerpen tanpa proses editing. Bila menulis dengan topik tertentu, satu topiknya Dena bisa menghabiskan waktu satu minggu. Belum lagi bila menulisnya lengkap dengan proses editing dan pemberian cover, bisa menghabiskan waktu hingga tiga bulan lamanya. “Ya, beda-beda sih,” tegas gadis kelahiran Blora 25 tahun lalu ini.
Sebagai penulis antologi, Dena bisa menghabiskan biaya sekitar Rp 500 ribu untuk menerbitkan karya bukunya. Ini karena Dena dan teman-temannya sesama penulis masih ikut penerbit indie dalam mencetak buku. “Jadi, orientasinya tidak hanya menulis, tapi sampai menjual,” ungkapnya.
Sistem penjualan buku yang dicetak oleh penerbit indie biasanya melalui pre order (PO) atau langsung menghubungi penulis bersangkutan.
Sebelum menjadi penulis buku, Dena juga sempat menulis di Wattpad, Storial, Plukme, dan salah satu media di Jogja. Kini Dena aktif dalam komunitas Ruang Antologi yang didirikannya. (mg6/aro)