RADARSEMARANG.COM, Dua puluh tahun berkecimpung di dunia penyiaran tak membuat Riri Novita pindah ke lain hati. Banyak pengalaman berharga yang diperolehnya. Ia memulai karir di radio sejak 2000. Awalnya, alumni Magister Ilmu Komunikasi Undip ini menjadi reporter. Kemudian sebagai marketing, penyiar, hingga menempati posisi puncak sebagai station manager membuat Riri mampu bertahan dan eksis di tengah perkembangan dunia penyiaran. Beberapa radio ternama di Semarang hingga Jakarta disinggahinya.
Riri mengatakan, penyiar harus memiliki kemampuan dasar pengetahuan yang baik. Dengan begitu ia akan bertahan dan bisa memperluas networking.
“Penyiar itu harus memiliki skill komunikasi, mampu beradaptasi, punya karakter yang kuat. Jadi, Anda akan mudah dikenali dan memiliki ciri khas, bukan sembarang penyiar. Apalagi radio menggunakan frekuensi publik, segala informasi yang disampaikan harus memiliki pertanggungjawaban sosial, tidak sekadar bicara, cuap-cuap,” ungkap perempuan bernama asli Ari Yusmindarsih ini kepada RADARSEMARANG.COM.
Di samping tetap eksis di penyiaran, Riri aktif melakukan literasi media untuk milenial bersama kawan-kawannya. Tak hanya itu, ia juga sibuk mengajar di sebuah perguruan tinggi swasta, menjadi trainner public speaking di beberapa instansi dan konsultan media. “Radio itu asyik dan luwes. Kami punya penggemar loyal, sehingga pemanfaatan media sosial akan semakin menambah value,”imbuhnya sembari tersenyum.
Jumat (11/9) kemarin, diperingati Hari Radio. Riri Novita pun tetap setia mengudara memberikan informasi pada pendengarnya. (lis/aro)