RADARSEMARANG.COM, Anisa Dian Islami termasuk gadis beruntung. Anisa -sapaannya- berhasil meyakinkan kedua orang tuanya untuk mengikuti program exchange di Malaysia. Meski orang tua sempat ragu, kepulangannya dari Negeri Jiran menjadi bukti bahwa dirinya mampu hidup mandiri.
Perempuan tak boleh pergi jauh dari orang tua. Persepsi tersebut diakui pernah membuat mahasiswi Universitas Diponegoro (Undip) jurusan Administrasi Bisnis ini sulit menjadi pribadi yang mandiri. Ia mengaku sejak kecil belum pernah hidup berjauhan dari orang tuanya.
“Keluarga dan lingkunganku punya persepsi bahwa perempuan nggak boleh pergi jauh sendiri. Hal ini juga berlaku untuk urusan pendidikan. Padahal aku pengin tahu gimana sih rasanya jadi international student di luar negeri dan hidup mandiri pula,” terang gadis kelahiran Semarang, 3 Oktober 1999 ini kepada RADARSEMARANG.COM.
Dara berzodiak Libra ini berujar, dirinya mulai mencari kesempatan pertukaran pelajar sejak masih menjadi mahasiswa baru. Ia kerap mengikuti seminar tentang studi ke luar negeri. Tak hanya itu, gadis yang tinggal di Perumahan Klipang Permai, Tembalang, Semarang ini juga sudah pernah diterima salah satu program pertukaran pelajar ternama yang bekerja sama dengan kampusnya.
“Aku sudah pernah diterima program exchange selama satu semester di Kamboja pada semester 3. Tapi, orang tuaku nggak mengizinkan karena menurut mereka terlalu jauh. Dengan berat hati, aku batalin kesempatan itu,” katanya.
Keputusannya untuk membatalkan pertukaran pelajar di Kamboja sempat membuat dara 21 tahun ini sedih. Ia mengaku telah berjuang supaya dapat lolos seleksi, memperlancar bahasa Inggris dengan ikut les, mengikuti tes TOEFL, dan sebagainya. Semua itu harus pupus karena tak memperoleh restu orang tua.
Namun dirinya tak lantas menyerah begitu saja. Putri sulung pasangan Khaerul Arifin dan Kuspartiningsih ini mendaftar program pertukaran pelajar lagi dengan negara tujuan yang lebih dekat, yaitu Malaysia.
“Setelah melalui beberapa tahap seleksi yang tentu saja tidak mudah, akhirnya aku lolos program pertukaran pelajar selama 6 bulan di University Malaysia Sabah jurusan Industrial Relation dari Dean Scholarship. Aku membujuk orang tuaku supaya diizinkan, Alhamdulillah mereka memperbolehkan dengan pertimbangan Malaysia tidak terlalu jauh dari Indonesia,” jelas Anisa.
Selama 6 bulan menuntut ilmu di Negeri Jiran, Anisa merasa menjadi pribadi yang lebih baik. Ia mengaku lebih mandiri dan mahir dalam manajemen waktu. “Di Malaysia, aku harus bisa memenuhi kebutuhan sendiri dan beradaptasi dengan lingkungan baru. Awalnya sempat culture shock, tapi lama-lama aku terbiasa dengan situasi yang menurutku baru di sana. Contoh, aku harus naik transportasi umum yang hanya ada pada waktu tertentu. Aku juga harus bisa mengatur keuangan supaya tidak boros,” jelasnya.
Baginya, program pertukaran pelajar yang ia ikuti tak hanya menambah pengetahuan akademisnya saja. Lebih dari itu, ia juga memperoleh segudang pengalaman dan wawasan yang barangkali tidak diperolehnya di Indonesia. “Aku bersyukur diberi kesempatan mengikuti program exchange ini. Dari sini, aku bisa buktikan pada orang-orang, khususnya kedua orang tuaku bahwa aku sebagai perempuan juga bisa survive dan hidup mandiri di negeri orang,” pungkasnya.(mg4/aro)