RADARSEMARANG.COM-Ikut pertukaran pelajar ke Kamboja membuat Paundria Dwijastuti menemukan banyak kejutan. Ketertarikan pada sejarah dan budaya Kamboja memang menjadi alasannya memilih negara ini untuk menimba ilmu. Mulanya, ia melihat negara ini cukup keren setelah mengetahui bagaimana masyarakatnya berdamai dengan sejarah kelam Khmer Rouge serta upaya mereka untuk mencoba menyembuhkan diri. ”Semakin aku belajar, semakin banyak kejutan yang aku dapat,” ujar perempuan kelahiran 24 Mei 1998 ini kepada RADARSEMARANG.COM.
Salah satu hal yang tidak dilupakan adalah ia sempat wawancara dengan survivor Khmer Roughe. Tanpa bisa berkata-kata. Mendengarkan jawaban survivor tersebut, ia merasakan campur aduk antara sedih, geregetan, dan ingin marah. Tapi tidak bisa apa-apa.
”Pokonya lebih ke sejarahnya sih. Gila aja, bisa ya dulu ada negeri tanpa mata uang, semua jadi petani, ya walaupun akhirnya gagal juga sih,” katanya berkisah.
Memang tidak semulus dan seindah yang dibayangkan ketika belajar di negeri orang. Ada banyak penyesuaian yang harus dia lakukan. Di antaranya dalam urusan makanan. Bahkan dua minggu pertama, perutnya tidak dapat diajak berdamai dengan makanan setempat.
”Padahal urusan makanan ini penting banget buat aku,” ujarnya sembari tertawa.
Ditambah, ia tidak mengerti bahasa masyarakat lokal. Ia merasa seperti orang bodoh. Sampai-sampai beberapa kali tersesat di negara tersebut. Mulai dari situ, ia mengambil kelas bahasa Khmer selama satu bulan. Cukup buat bekal bertahan selama di sana.
”Banyak banget cobaan waktu di sana. Tapi menyenangkan,” beber perempuan yang berkesempatan keliling 10 provinsi di Kamboja di samping menuntaskan tugas belajarnya di sana. (sga/aro)
![[ap]](https://secure.gravatar.com/avatar/0cb8dff91c4378245a7382a6850dfd00a8fdbb69b592b36b65afa720f8ba70c9?s=30&d=mm&r=g){kind=avatar}