RADARSEMARANG.COM, Menghadapi masa pandemi Covid-19, sejumlah Organisasi Perangkat Daerah (OPD) di Pemprov Jateng terus berupaya mempertahankan kinerja maksimalnya. Salah satunya menjaga agar Penerimaan Asli Daerah (PAD) di tempatnya tetap memenuhi target. Hal serupa juga dilakukan oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Jateng. Berikut hasil wawancara wartawan RADARSEMARANG.COM Eko Wahyu Budiyanto dengan Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Jateng, Fendiawan Tiskiantoro.
Sejak pandemi Covid-19, bagaimana PAD di sektor kelautan dan perikanan Jateng?
Meski pandemi, Alhamdulillah tetap pada performa maksimal. Terbukti tahun 2020 lalu, PAD dari sektor kelautan dan perikanan melebihi target. Dari target yang diberikan sebesar Rp 9 miliar, bisa terealisasi Rp 14 miliar. Kami sampai over target 147 persen. Itu artinya tetap berada pada performa yang baik.
Apakah target pendapatan dari sektor kelautan dan perikanan dinaikkan di tahun 2021?
Di 2021 ini kami mendapatkan target lebih tinggi sampai Rp 10 miliar. Dikarenakan di tahun 2020 lalu, kami over target. Tapi kami optimistis, performa kami dalam memaksimalkan pendapatan tetap baik di tahun 2021 ini. Terbukti sampai saat ini sudah terealisasi Rp 2 miliar. Kami yakin akan over target lagi di 2021 ini. Mengingat sekarang sudah mulai diperlonggar aktivitas masyarakat.
Dari mana saja pendapatan di Dinas Kelautan dan Perikanan Jateng?
Adapun sumber PAD di kami berasal dari sektor retribusi sewa lahan dan rumah dinas, retribusi pelayanan kepelabuhanan, sewa tambat labuh, penjualan hasil usaha yang salah satunya dari produksi balai benih. Kami dapat retribusi dari perizinan usaha perikanan, denda izin usaha perikanan. Di 2020 lalu saja, retribusi penyumbang terbesar pendapatan yakni dari pelayanan kepelabuhan. Di 2020 kemarin, dari mata retribusi tersebut dari target Rp 3 miliar bisa terealisasi Rp 5,8 miliar. Sedangkan di 2021 ini, target retribusi sebesar Rp 3 miliar, sudah terealisasi Rp 600 juta. Sebagai penyumbang besar dari pendapatan kami lainnya, adalah retribusi dari sewa lahan.
Di tahun 2020 lalu, pendapatan kami dari sektor retribusi sewa lahan bisa terealisasi Rp 2,5 miliar. Dari target Rp 1,8 miliar. Di tahun 2021 ini, target pendapatan dari sektor retribusi tersebut yakni Rp 2 miliar dan sampai sekarang sudah terealisasi Rp 900 juta. Di sektor perikanan, pendapatan memang tidak begitu terdampak dengan adanya pandemi.
Upaya apa saja yang akan dilakukan untuk menggenjot pendapatan di 2021 ini?
Kami terus berupaya untuk itu. Salah satunya dengan mempermudah memberikan perizinan operasional kapal dan surat izin usaha perikanan (SIUP). Kemudian mempermudah perizinan tersebut diharapkan semakin mengurangi kapal ilegal yang beroperasi di Jateng. Data di kami, kapal-kapal nelayan yang belum mengantongi izin berlayar memiliki ukuran di bawah 10 Gross Ton (GT). Totalnya hampir 18 ribu kapal.
Jika melihat kondisi cuaca saat ini, apakah berpengaruh terhadap pendapatan sektor perikanan?
Kalau berdampak kepada jumlah pendapatan ikan tangkap oleh nelayan, memang iya. Tetapi untuk PAD memang tidak. Karena jumlah pendapatan ikan tangkap itu kan terkait stok ikan. Berbeda, jika PAD sektor yang ada kaitannya dengan perizinan. Bisa dibilang, pada masa pandemi kita memang tidak begitu terdampak, jika melihat dari kacamata PAD. Kalau untuk stok ikan yang menipis, tidak hanya dampak dari pandemi saja, namun juga berdampak dari kondisi cuaca. (*/ida)