RADARSEMARANG.COM, Penyebaran Covid-19 telah memberikan tantangan tersendiri bagi pendidikan di Indonesia. Sebab, sistem pembelajaran tatap muka diubah menjadi daring. Pembelajaran daring tentunya memiliki dampak tersendiri. Berikut bincang-bincang wartawan RADARSEMARANG.COM Rofik Syarif GP dengan Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kota Magelang H Solichin tentang dampak terlalu lama belajar daring.
Terlalu lama belajar sistem daring, apakah ada dampaknya untuk pendidikan anak ?
Yang namanya pendidikan itu adalah kedekatan antara guru dan murid. Karena dengan belajar langsung dan bertatap muka selain transfer ilmu, pendidikan karakter sangatlah penting. Tidak bisa hanya daring saja. Jadi menurut saya, dengan sistem belajar daring pasti akan mengurangi kualitas belajar anak. Dalam transfer ilmu dan pendidikan karakter akan sangat mengalami penurunan, dibandingkan dengan pendidikan secara tatap muka. Jika pendidikan daring ini terus dilanjutkan, yang ada akan menyebabkan pendidikan di Indonesia mengalami kemunduran. Dan sebenarnya untuk biaya yang dikeluarkan antara pendidikan tatap muka dengan daring, lebih banyak keluar biaya untuk pendidikan daring.
Masalah apa saja yang biasanya dialami ketika belajar daring?
Dengan pembelajaran daring, pasti akan muncul berbagai masalah. Seperti mulai kuota internet yang memberatkan orang tua murid, sinyalnya nggak ada, sulitnya menangkap materi pelajaran yang diberikan guruakibat tidak ada kedisiplinan dan pengawasan dari guru, serta rentan terganggunya psikologis dari orang tua maupun siswa. Selain itu, masalah terburuknya adalah anak-anak menjadi kecanduan gadget. Selain itu, materi pelajaran yang diberikan guru kadang-kadang belum tentu dapat dipahami murid saat belajar tatap muka di sekolah. Apalagi ini, jarak jauh.
Bagaimana solusi yang harus dilakukan?
Sebenarnya semua tergantung dari pemerintah. Jika pemerintah, bisa membuat sistem pembelajaran yang bergantian. Seperti memberikan izin belajar tatap muka, dengan dibatasi setiap kelas hanya 25 persen. Dan jam sekolah juga dibatasi maksimal beberapa jam, serta dengan tetap menerapkan sistem daring bagi siswa yang belajar di rumah. Mungkin untuk solusi ini akan memberatkan guru kalau dilihat. Tapi dengan sistem ini, menurut saya beban guru menjadi lebih ringan.
Apa harapan bapak untuk pendidikan di Indonesia?
Kita masih belum tahu kapan pandemi ini akan selesai. Saya berharap, pertama untuk pemerintah dapat membuat dan menyesuaikan sistem pendidikan yang baik. Tidak hanya memberikan peraturan untuk belajar daring, tapi tidak melihat dari dampak ke depannya. Kemudian untuk anak-anak, belajarlah dengan sungguh-sungguh. Jika belum paham tentang materi yang disampaikan bisa bertanya kembali dengan gurunya. Saya juga berharap untuk para guru, agar penilaian para murid tidak hanya didasarkan pada kemampuan murid menjawab soal-soal yang diberikan. Tapi kesungguhan, motivasi, kedisiplinan anak-anak kita dalam mengikuti pembelajaran itu juga menjadi satu penilaian, itu bagian penilaian karakter. (*/zal)