RADARSEMARANG.COM, Sistem pendidikan di Indonesia pada masa pandemi Covid-19 sangat terganggu. Belum adanya izin untuk melakukan pembelajaran secara langsung atau tatap muka, membuat pembelajaran dilakukan secara daring. Berikut bincang-bincang wartawan RADARSEMARANG.COM Rofik Syarif GP di Kota Magelang dengan dr Susi Rutmalem Bangun dari Rumah Sakit Jiwa Prof dr Soerojo Magelang tentang dampak psikologis pada anak dalam proses belajar daring.
Bagaimana dampak dari proses belajar anak secara daring di rumah ?
Dampak belajar daring yang telah berjalan lebih tujuh bulan berdampak pada psikologis anak, mulai dari rasa bosan dengan aktivitas di rumah saja. Anak juga dituntut beradaptasi belajar dari rumah yang pasti berbeda dengan di kelas sehingga hal-hal seperti ini bisa menimbulkan kondisi tertekan pada psikis anak dan berpotensi munculnya stres pada anak. Hilangnya rutinitas dan perasaan kesepian, seperti hilangnya kesempatan bermain dengan teman sebaya yang menjadi salah satu hal yang menyenangkan bagi anak usia sekolah juga menjadi salah satu faktor meningkatkan risiko anak menjadi stres.
Meskipun sampai saat ini belum ada yang serius, tapi mental anak-anak sekolah sekarang sudah mulai terganggu. Misalnya pekerjaan rumah (PR) dari sekolah, anak-anak tidak mau mengerjakan dan menyuruh orang tuanya yang mengerjakan. Dampaknya, si anak akan mengalami ketergantungan pada bantuan orang lain, kurang mandiri dalam menyelesaikan tugas, dan cenderung menjadi anak yang kurang percaya diri.
Hal ini akan berdampak pada mental anak. Ketika suatu hari sekolah kembali normal, kecenderungan kepada orang tua akan menyebabkan anak menjadi kurang percaya diri. Selain itu, kebiasaan tugas anak yang dikerjakan oleh orang tua akan menghambat daya berpikir anak dan menimbulkan ketergantungan.
Solusi apa yang harus dilakukan dalam menjaga psikologi anak selama belajar di rumah ?
Terkait dengan pembelajaran jarak jauh atau daring ini, untuk menjaga kesehatan mental anak, dapat dilakukan dengan beberapa cara. Pertama, dengan melakukan aktivitas belajar sesuai dengan jadwal dari sekolah atau tidak menunda-nunda. Kedua, sediakan waktu untuk anak agar bisa rileks sesudah belajar seperti melakukan kegiatan yang menyenangkan, misalnya bermain dan menghabiskan waktu bersama saudara, baca buku yang disukai, main game, olahraga.
Sedangkan untuk orang tua, disarankan tetap tenang dalam mendampingi anak belajar di rumah, jangan memberikan tekanan atau pressure kepada anak. Kemudian mengatur waktu orang tua antara untuk mendampingi anak belajar dengan waktu bekerja atau mengurus rumah. Selain itu, jika ada kesulitan atau hambatan dalam mendampingi anak, disarankan tidak ragu untuk berdiskusi dengan guru.
Apa pesan dokter kepada anak-anak dan orang tua dalam menghadapi pandemi Covid-19 ?
Orang tua perlu mempersiapkan dan melatih anak menerapkan perilaku yang adaptif pada saat pandemi Covid 19 dengan cara menyadari, menerima, dan beradaptasi. Menerima keadaan, fokus kepada hal yang bisa dikendalikan, beri pemahaman kondisi terkini kepada anak, pertimbangkan kepribadian anak, lalu perkuat dengan pembiasaan. Siapkan kebutuhan anak seperti waktu bermain bersama anak, melibatkan anak dalam aktivitas sehari-hari, fokus kepada kesejahteraan psikososial anak dan komunikasi aktif dengan orang-orang yang memberi pengaruh sosial seperti teman, tetangga, guru dan tokoh agama dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan. Terakhir, jangan paksa anak mencapai target atau nilai yang melampaui kemampuannya. Di masa pandemi ini, kesehatan fisik dan psikis sangat penting untuk tetap dipertahankan dan dirawat. (*/ton)