RADARSEMARANG.COM, Perhelatan resepsi pernikahan sudah boleh dilaksanakan di era adaptasi kebiasaan baru (AKB). Asal taat protokol kesehatan. Ini membawa angin segar bagi para pelaku kreatif. Seperti apa pernikahan di era new normal? Berikut bincang wartawan RADARSEMARANG.COM Puput Puspitasari dengan anggota Forum Komunikasi Penyelenggara Pernikahan Magelang (Forkoppam) Dora Lina Bineri.
Seperti apa pernikahan di era adaptasi kebiasaan baru ?
Pernikahan di era AKB saat ini, calon pemangku hajat harus mengubah mindset dari “kuantitas” menjadi “kualitas”. Sebelum pandemi orang akan fokus di jumlah tamu undangan, keluarga banyak yang hadir. Sekarang jumlah yang hadir terbatas.
Tidak bisa dipungkiri bahwasanya acara pernikahan acara bahagia yang dinanti oleh banyak orang. Memang ujian yang berat saat aplikasi penyelenggaraan pernikahan dengan disesuaikan SOP protokol kesehatan dan keamanan Covid-19. Tetapi dikembalikan bahwa kita mengetahui apa itu virusnya, bagaimana pencegahannya dan bagaimana penyebarannya, akan menjadikan landasan kita untuk berpikir dan bertindak.
Ribet nggak, jika dibandingkan dengan pernikahan sebelum pandemi?
Kalau dibilang ribet, sebenarnya bisa iya, bisa tidak. Sama halnya kita menjalani sebuah proses upacara adat, di mana orang juga kadang mengesampingkan upacara adat karena tidak mau ribet. Jadi kalau saya, lebih mengembalikan kepada niat awal di mana sebuah pernikahan adalah niat baik yang harus disegerakan. Dan SOP protokol kesehatan adalah satu proses yang harus dilewati sama seperti pengurusan pemberkasan pernikahan yang harus dijalani juga.
Ada perbedaan berbusana manten dan pengiringnya?
Untuk perbedaan busana tidak ada perubahan yang berarti. Memang busana sekarang dianjurkan berlengan panjang, kemudian penambahannya adalah mengenakan masker. Tapi jangan khawatir dikarenakan sekarang model dan bahan masker bisa menyesuaikan dengan busana, sehingga tetap terlihat cantik.
Teknis pelaksanaan pernikahannya seperti apa ?
Untuk persiapan bagi pemangku hajat, seluruh keluarga sepakat untuk menegakkan SOP protokol kesehatan atau menyamakan visi, memilih tempat dengan sirkulasi udara yang baik, boleh indoor atau semi outdoor, misal di area ber-AC. Dipastikan kebersihan AC secara berkala. Kemudian menentukan akses masuk dan akses keluar yang berbeda. Menyediakan fasilitas cuci tangan di depan pintu masuk dan termogun untuk tamu dan vendor. Lalu, memasang signage, marking dan informasi terkait SOP protokol kesehatan. Menyediakan area tunggu di depan masuk, untuk mengatur jumlah kapasitas orang yang di dalam area, yang telah terhitung sesuai dengan kapasitas SOP protokol kesehatan, yaitu 40 persen sampai 50 persen dari kapasitas normal. Tidak kalah penting, menyediakan area medical, di mana sebagai ruang istirahat bagi tamu atau keluarga yang diketahui bersuhu lebih dari 37,5 ⁰C.
Sementara untuk tamu undangan, wajib bermasker, menaati alur dan SOP protokol kesehatan, tidak berjabat tangan, membuka masker hanya saat berfoto dan makan, datang sesuai dengan jam sesi yang ditentukan, tidak menyumbang suara atau lagu, tidak minta tolong untuk diambilkan foto menggunakan HP pribadi.
Tradisi atau kebiasaan yang nggak boleh dilakukan saat mengelar resepsi pernikahan saat ini ?
Dalam upacara adat tidak ada pembatasan dari alur upacara adat, hanya penyesuaian dengan seluruh peraga menggunakan tambahan APD sarung tangan dan handsanitizer di sela sela upacara tradisi. Kemudian aktivitas yang melibatkan kontak fisik dan rentan kerumunan ditiadakan, seperti lempar bunga dan flashmob. Kita bisa menggantinya dengan acara yang lebih kreatif yang tetap mengacu sesuai SOP Protokol Kesehatan.
Hal-hal beda lainnya saat menerima tamu ?
Pemangku hajat dipastikan dalam kondisi sehat, untuk menjaga kenyamanan semua bisa ditambahkan rapid test untuk calon pengantin dan keluarga inti, apalagi bila berasal dari daerah zona merah. Saran saya seluruh petugas baik penerima tamu, among tamu, orang tua dan pengantin selalu menggunakan sarung tangan. Selalu membawa atau dekat dengan akses hand sanitizer. (*/ton)