RADARSEMARANG.COM, Sejak pemberlakuan new normal di Kabupaten Batang, roda perekonomian kembali berputar. Banyak masyarakat mengabaikan protokol kesehatan. Meski begitu, banyak warga melakukan rapid test untuk memenuhi syarat perjalanan ke luar daerah. Berikut bincang-bincang wartawan RADARSEMARANG.COM Riyan Fadli dengan Manager Pelayanan Rumah Sakit Qolbu Insan Mulia (QIM) dr Maftuhah Nur Beti.
Banyak masyarakat yang mengabaikan protokol kesehatan selama pemberlakuan new normal?
Walaupun sudah new normal, masyarakat perlu ingat bahwa pandemi covid-19 belum berakhir, masih belum bisa dikendalikan. Jadi masyarakat harus tetap waspada, protokol kesehatan tetap diberlakukan. Pakai masker ke mana-mana, cuci tangan dan jaga jarak. Bagi masyarakat yang tidak pakai masker, harus diingatkan oleh semua pihak. Kewaspadaan harus tinggi karena peningkatan kasus masih ada. Masyarakat tidak perlu takut ke rumah sakit, layanan yang diberikan dilakukan dengan protokol kesehatan ketat. Supaya semuanya aman.
Selama pemberlakuan new normal, permintaan surat keterangan rapid test meningkat?
Permintaan surat keterangan rapid test meningkat sejak Hari Raya Idul Fitri untuk keperluan syarat perjalanan luar kota. Perlu dipahami, rapid test itu bukan diagnosa pasti. Reaktif bukan berarti positif. Negatif belum tentu negatif. Itu hanya sekedar penapisan (screening) saja. Harus mensikapi dengan baik, meski surat keterangan rapid test banyak disyaratkan dalam perjalanan luar kota. Kalau hasil pasti, sebaiknya menggunakan swab tenggorok atau PCR Covid-19. Namun hasilnya memang tidak bisa cepat, makanya sejumlah instansi lebih meminta rapid test.
Selain itu, meminta surat keterangan rapid test jauh lebih mudah?
Screening tetap dilakukan, tidak asal langsung melakukan rapid test. Harus jelas alasannya, apakah dia ada perjalanan luar kota, gejala demam, batuk, pilek, sesak nafas dan lainnya. Kalau misal ada gejala atau faktor risiko covid-19, harus langsung diarahkan ke klinik vaksin, khusus untuk terduga covid-19.
Mengapa biaya rapid test beda-beda, ada yang murah dan ada yang mahal?
Ini karena suplayer rapid test banyak jumlahnya selama pandemi covid-19. Meski begitu, masing-masing alatnya memiliki sensitivitas berbeda-beda, termasuk kemampuan diagnosa atau validitas yang juga berbeda-beda. Ada yang positif, betul-betul positif. Intinya, kualitasnya beda-beda. Akibatnya, harga yang ditawarkan bermacam-macam. Ada yang dijual murah sesuai kualitasnya.
RS QIM sendiri menggunakan alat rapid test dari suplayer yang direkomendasikan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI. Kami memperhitungkan unit cost-nya serasional mungkin. Memperhitungkan biaya untuk jarum dan sejenisnya yang dikeluarkan untuk rapid test. Kami serasional mungkin. (*/ida)