RADARSEMARAN.ID, Grebeg Besar masih belum ada kepastian akan digelar Pemkab Demak atau tidak. Namun ritual prosesi penjamasan Kutang Ontokusumo dan Kiai Carubuk milik Sunan Kalijaga tetap dijalankan oleh keluarga ahli waris. Ini dilakukan untuk nguri-uri tradisi leluhur. Berikut wawancara wartawan RADARSEMARANG.COM Wahib Pribadi dengan Pembina Yayasan Sunan Kalijaga Kadilangu Demak R. Agus Supriyanto.
Selama pandemi covid-19, ada kemungkinan tradisi Grebeg Besar Demak ditiadakan. Bagaimana dengan penjamasan?
Untuk prosesi penjamasan akan tetap kami laksanakan sesuai tradisi yang ada. Dalam kondisi normal, biasanya kan ada iring-iringan minyak jamas dari Pendopo Kabupaten Demak menuju Makam Sunan Kalijaga di Kadilangu. Misalkan, kalau ini nanti tidak ada Grebeg Besar, yang penting bagi kami (keluarga ahli waris) tetap melakukan jamasan. Sebab, penjamasan ini sudah menjadi wasiat leluhur yang harus dilaksanakan.
Seperti apa proses penjamasan yang tetap akan dilaksanakan?
Tentu, untuk penjamasan ini nanti, akan ada tim khusus. Namanya tim 7. Tim ini terdiri atas 7 orang. Mereka akan menjalankan prosesi jamasan seperti biasanya.
Sebelum prosesi penjamasan, biasanya sehari sebelumnya atau malam hari menjelang penjamasan dilakukan tradisi ancakan. Apakah tradisi ini tetap digelar?
Untuk tradisi ancakan, masih kami pertimbangkan. Meski demikian, kalau ancakan tetap dijalankan, tentu dilaksanakan dengan ketentuan protokol kesehatan yang ketat.
Mengapa ancakan ini menjadi acara penting sebelum dilakukan penjamasan?
Tradisi ancakan ini sebetulnya adalah acara selamatan atau doa bersama. Yang penting adalah selamatan tersebut dapat dilakukan. Ini bagian dari ngugemi tradisi leluhur. Pengunjung yang datang biasanya ingin ngalap berkah. Memang, ancakan ini dihadiri banyak pengunjung. Karena itu, kalau diadakan nanti tetap sesuai protokol kesehatan. (*/ida)