26.2 C
Semarang
Friday, 20 June 2025

Kekhawatiran Berlebihan semakin Menghambat Produktivitas

Membangun Ketahanan Keluarga Hadapi New Normal

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COM, Kondisi new normal berarti melonggarkan pembatasan kegiatan di luar rumah dengan ptotokol kesehatan yang ketat. Bagaimana sebuah keluarga harus membangun ketahanan dan mental new normal? Berikut bincang-bincang wartawan RADARSEMARANG.COM Nanang Rendi Ahmad dengan psikolog keluarga sekaligus dosen Psikologi Universitas Negeri Semarang (Unnes) Andromeda S.Psi M.Psi.

Bagaimana tantangan bagi keluarga dalam menghadapi new normal?

Ada banyak tantangan yang harus dihadapi sebuah keluarga saat memasuki new normal. Hal yang pasti, pola hidup kita berubah. Berbeda dengan saat diterapkan pembatasan sosial. Perubahan itu berlaku hampir di semua aspek kehidupan, mulai dari pekerjaan yang berkaitan dengan finansial, pendidikan, sosial, yakni relasi dengan keluarga dan lingkungan, serta perubahan pada psikologis manusianya. Karena itu, yang sangat dibutuhkan yaitu kemampuan beradaptasi dengan perubahan tersebut. Orang yang adaptif akan mudah menyesuaikan diri dengan keadaan. Keluarga yang adaptiflah yang akan siap menghadapi new normal.

Bagaimana cara keluarga membentuk kemampuan beradaptasi atas perubahan itu?

Tidak mudah. Dibutuhkan resiliensi atau ketahanan mental untuk bisa menghadapi dan beradaptasi dengan kondisi yang baru. Pembatasan sosial itu tentu terasa sulit, tidak nyaman, dan menjenuhkan. Kini sudah dilonggarkan tetapi ada kekhawatiran terpapar covid-19. Nah, resiliensi dapat diartikan sebagai kemampuan untuk memantul kembali setelah menghadapi kesulitan. Keluarga yang resilien, lebih mudah menghadapi dan menyesuaikan diri dengan kondisi new normal. Idealnya resiliensi itu dimiliki tidak hanya oleh orang dewasa, namun juga anak-anak dan remaja.

Banyak keluarga yang masih takut menghadapi new normal?

Ketakutan akan muncul ketika sesorang berada dalam kondisi tertekan. Hal-hal seperti itu sangat berdampak pada kondisi psikologis kita semua. Lalu muncul problem kesehatan mental seperti stres, cemas, dan kesepian. Sekarang, yang dihadapi di depan adalah kondisi new normal, sebuah tatanan kehidupan yang belum pernah dialami sebelumnya. Wajar jika muncul perasaan takut atau cemas.

Bagaimana efeknya dengan kekhawatiran dan ketakutan berlebihan?
Ketakutan berlebih bisa memunculkan kecenderungan baru yaitu orang tua menjadi over protecting dan over controlling pada anak. Ini yang justru akan membebani anak. Sedangkan untuk orangtua, kekhawatiran berlebih juga akan menghambat produktivitas.

Apa kunci membangun ketahanan keluarga dalam menghadapi new normal?
Jaga kohesivitas, komunikasi, kehangatan, dan kedekatan antaranggota keluarga (orangtua-anak, suami-isteri). Dengan begitu, resiliensi akan terbangun dan keluarga lebih sehat mental. Singkatnya, resiliensi psikologis keluarga dapat diukur melalui beberapa hal seperti sikap optimistis, keyakinan diri, dan kemampuan untuk selalu menyesuaikan cara pandang terhadap suatu masalah. Itu semua tidak lepas dari dukungan yang diperoleh di dalam keluarga. (*/ida)


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya