RADARSEMARANG.COM, Pembangunan tol Semarang – Demak yang sekaligus berfungsi sebagai tanggul laut belum juga direalisasikan. Padahal DED sudah ada dan anggaran juga sudah dialokasikan. Satu sisi masyarakat bertahun-tahun menunggu realisasi pembangunannya agar bencana rob di kawasan tersebut bisa diatasi. Berikut bincang-bincang wartawan RADARSEMARANG.COM Miftahul A’la dengan Anggota Komisi D DPRD Jawa Tengah Ida Nor Saadah.
Apa yang membuat pembangunan tol Semarang-Demak tidak kunjung direalisasikan?
Sebenarnya banyak faktor yang membuat proyek ini terkatung-katung. Pemerintah tak bergerak cepat, padahal secara anggaran dan desainnya sudah ada. Satu sisi memang, masalah pembebasan lahan yang belum selesai. Misalnya warga mempunyai sertifikat tanah, sementara tanahnya sudah terendam rob. Jadi sulit untuk mengukur dan menentukan ganti rugi kepada masyarakat.
Pembahasan ini juga selalu molor dan rob tak masuk dalam bencana darurat. Kondisi ini membuat penangananya tidak bisa maksimal. Padahal, sudah puluhan tahun rencana pembangunan tanggul laut ada. Tapi sampai 2020 program tersebut tak kunjung juga terealisasikan.
Bagaimana respon dan kebijakan dari pemerintah?
Kami di Komisi D DPRD Jateng sudah memperjuangkan selama bertahun-tahun. Bahkan, sudah mengajak Gubernur maupun Kementerian turun langsung melihat dampak rob. Pejabat semua sudah turun dan melihat langsung kondisi rob yang semakin parah. Tetapi tetap saja itu belum cukup, karena faktanya pembangunan tak diselesaikan.
Kebijakan dari pemerintah pusat dan daerah juga belum satu garis. Harusnya ada kesamaan agar penanganan bisa segera diselesaikan. Secara aturan pembangunan dilakukan pusat, sementara daerah dapat jatah pembebasan lahan. Tapi satu sisi anggaran pembebasan tidak besar sehingga realisasikan bertahap. Ini juga seakan setengah hati, sebab jika perioritas saya yakin anggaran di Jateng juga bisa mengatasinya.
Apa dampak pembangunan untuk penanganan rob di Pantura Semarang-Demak?
Berbicara dampak pembanguna tol Semarang-Demak sangat besar. Satu sisi, jelas bisa mengurai kemacetan di kawasan tersebut yang hampir setiap hari selalu macet. Tetapi yang tidak kalah penting dengan dibangun tol laut tentu bisa mengurangi dampak bencana rob di kawasan Kaligawe-Sayung-Demak.
Dan ini yang sangat ditunggu-tunggu oleh masyarakat. Bayangkan jika semua bisa direalisasikan dampaknya tentu sangat besar. Terutama dampak ekonomi tentu akan sangat besar. Perekonomian berkembang dan bisa mengentaskan kemiskinan di Jateng.
Bagaimana harapan dan keinginan dari masyarakat?
Masyarakat di kawasan Pantura Demak sudah berharap agar pembangunan tol sekaligus tanggul laut tersebut segera direalisasikan. Sebab dengan begitu, rob di kawasan tersebut bisa dikurangi. Saya sudah mendorong, tetapi baik di (pemerintah) provinsi maupun pusat belum juga menyelesaikannya. Ketika saya turun di bawah, selalu ditagih janji kapan penyelesaian rob bisa diselesaikan. Ada beban moral juga, satu sisi ini masalah serius, tetapi satu sisi memang penyelesainnya harus dilakukan semua pihak.
Bayangkan saja warga sudah menunggu lebih dari 20 tahun, tetapi belum juga selesai. Warga juga sudah bosan hidup terus berdampingan dengan rob. Satu persatu pemukiman warga tenggelam. Ada yang hanya tinggal jendela keatas karena rob tahun ini cukup parah. Bahkan, sekarang rob semakin meluas dan dampaknya tidak hanya sosial tetapi ekonomi masyarakat tidak bisa berkembang. Harus segera ambil langkah cepat karena ini berkaitan dengan kebutuhan masyarakat luas. Butuh kebijakan yang memihak agar pembangunan tol rampung dan bencana rob teratasi. (*/ton)