RADARSEMARANG.COM – Siapa tak mengenal Bundaran Bubakan, Kota Semarang? Sekarang di tengah bundaran ini sudah berdiri megah Museum Kota Lama. Namun dulunya, tempat ini adalah stasiun dan terminal. Namun kini semuanya tinggal kenangan.
Bundaran Bubakan berkali-kali berubah fungsi. Sebelum menjadi Museum Kota Lama, di tengah bundaran terdapat kolam air mancur. Juga ada taman hijau. Kawasan pertemuan antaran Jalan MT Haryono, Jalan KH Agus Salim, Jalan Pattimura, Jalan Cenderawasih, Jalan Jurnatan, Jalan Sendowo, dan Jalan Batik Sari I itu kini telah disulap menjadi Museum Kota Lama. Bangunan dari batu bata itu dilengkapi kolam penampungan air, dan taman yang cukup luas di sekitarnya.
Menurut cerita warga setempat, dulunya di kawasan ini terdapat cerobong pompa air besar dari kompleks Stasiun Jurnatan. Cerobong tersebut merupakan pembangkit tenaga kereta api uap. Setelah itu, dialihfungsikan menjadi terminal, pindahan dari Terminal Tegalwareng (Taman Budaya Raden Saleh (TBRS) Jalan Sriwijaya). Terminal ini kemudian dipindah ke Terboyo, hingga kawasan ini difungsikan menjadi kolam lengkap dengan air mancur dan taman.
Slamet Riyadi, 53, warga yang ditemui di Jalan Sendowo menjelaskan, cukup lama kawasan ini dijadikan kolam air mancur, yang dikenal dengan nama Bundaran Bubakan. Di dekatnya ada stasiun kereta api di Jurnatan, terminal bemo di SCJ (Shopping Center Johar), terminal bus di Metro, dan terminal angkot. “THD (Taman Hiburan Diponegoro) itu Terminal Bubakan,” katanya.
Diakuinya, dulu Kota Lama belum ada museum. Adanya gedung-gedung tua ketika ia masih kecil. Menurutnya, Museum Kota Lama dulunya bundaran yang ada air mancurnya.
Warga lain, Ketut Ediarso, 62, mengaku sempat mengalami saat Bundaran Bubakan menjadi Stasiun Jurnatan, yang menjadi berubah menjadi terminal bus Jurnatan. “Terminal itu pindahan dari Terminal Tegalwareng. Nah, setelah dari Bubakan, terminal dipindah ke Terboyo,” jelasnya.
Dikatakan, Terminal Jurnatan merupakan terminal bus antarkota arah Solo-Jogja lewat Jalan Mataram (MT Haryono). Juga menjadi terminal bus kota. Ia mengenang pada tahun 1980-an, sekolah naik bus kota ke Tegalsari. Tarifnya masih Rp 25. “Haltenya di dekat SMP 6 (Jalan Pattimura). Terminalnya sekarang menjadi bekas diler Nusantara Sakti,” katanya.
Kenangan tidak terlupakan juga dialami Wahono, 73. Ia menjelaskan, sebelum dibangun Museum Kota Lama, di Bundaran Bubakan terdapat cerobong pompa air besar untuk bahan bakar kereta api uap. “Karena wilayah tersebut dulunya merupakan kompleks Stasiun Gudang Jurnatan,” katanya. (fgr/aro)