RADARSEMARANG.COM – Di tangan Yudi Indardo, Perumda Air Minum (PDAM) Tirta Moedal menjelma menjadi perusahaan andalan milik Pemkot Semarang. Berbagai inovasi layanan, tingkat kebocoran dan keluhan pelanggan ditangani dengan cepat.
Memimpin perusahaan besar milik Pemerintah Kota Semarang, bukan perkara mudah. Bekerja menggunakan passion menjadi salah satu kunci agar sukses dalam bekerja dan mendapatkan hasil sebaik mungkin.
“Saya orangnya ngalir kayak air. Kalau niatnya baik pasti hasilnya baik. Intinya adalah menggunakan passion,” ujar Yudi Indardo kepada RADARSEMARANG.COM.
Mengalir menurut Yudi adalah cara yang tepat jika didasari dengan passion dan niat baik dalam memulai pekerjaan. “Saya percaya hasilnya akan tetap baik,” terangnya.
Bagi Yudi, tanpa passion, bekerja bisa diibaratkan sebuah mobil tanpa bensin. Artinya tetap ada di tempat dan tidak bisa ke mana-mana.
Yudi Indardo diangkat sebagai Direktur Utama PDAM Tirta Moedal sejak Juli 2019. Menurut alumni Magister Akuntansi Universitas Indonesia ini, pada dasarnya sebuah perusahaan harus memiliki satu kesatuan visi. Antardivisi atau bagian pun harus jalan bersamaan.
Langkah awal menjabat, Yudi memperbaiki sistem internal. Mulai kinerja karyawan hingga mengontrol keuangan. Perbaikan eksternal juga tak kalah penting. Menurutnya, tingkat kepercayaan masyarakat terhadap PDAM harus meningkat. Harapannya, bisa memberikan kontribusi kepada masyarakat dan Pemkot Semarang.
“Intinya meningkatkan trust atau kepercayaan. Baik dari masyarakat maupun pemerintah. Kalau untuk pemerintah, ya PAD kita harus tinggi,” tuturnya.
Dua tahun menakhodai perusaan pelat merah milik Pemkot Semarang itu, Yudi berhasil mendongkrak Pendapatan Asli Daerah (PAD) sangat signifikan. Terbukti, pada 2018 laba PDAM Tirta Moedal sebesar Rp 17 miliar, di tangannya laba menjadi Rp 50 miliar. ”Dua tahun pertama kita geber kinerja internal, sampai akhirnya laba di dua tahun terakhir sampai Rp 50 miliar,” tegasnya.
Bisa dibilang, lulusan Teknik Lingkungan ITB ini, memang spesialis mengembangkan perusahaan pelat merah. Sebelum memegang perumda di Kota Semarang, ia malang melintang di BUMD Jakarta sejak 1993. Yakni PT PAL. Perusahaan tersebut bergerak di pengolahan air limbah yang masuk ke Jakarta.
Bapak dua anak ini berhasil membuat PT PAL memiliki area dan coverage area yang lebih besar. Setelah pensiun, ia sempat bekerja sebagai advisor konsultan perusahaan Jepang.
Semua itu ia jalani dengan sepenuh hati dan ikhlas. Meski tantangan yang dihadapi berat, namun Yudi pantang menyerah dan tak mengeluh. Buktinya, dia bisa menjalani dengan baik dan maksimal.
“Kalau mengerjakan sesuatu dan diapresiasi, kita pasti senang. Apalagi masyarakat bisa merasakan kinerja yang kita lakukan. Tentu kita bangga lah,” tuturnya.
Di tengah rutinitas bekerja, Yudi melepas penat dengan main sepak bola. Kadang ia touring atau riding dengan kuda besi kesayangannya. Sesekali mudik atau istrinya yang datang ke Semarang bersama dua buah hatinya.
Yudi mengenang, ketika muda ikut pertukaran karyawan di Jepang. Ia datang ke sebuah kuil untuk meramal masa depannya. Kala itu ia ingin punya dua anak laki-laki. Entah kebetulan atau memang takdir Tuhan, ramalan tersebut benar.
“Dulu di Jepang punya angan-angan anak cowok dengan nama Jepang pula. Kebetulan cocok, dalam mendidik anak pun saya memilih memberikan kebebasan,” pungkasnya.
Pasang Operator 24 Jam Layani Aduan
Bagi Yudi Indardo, kepercayaan masyarakat menjadi salah satu kunci untuk meningkatkan PAD. Oleh karena itu, pelayanan harus benar-benar prima. Baik dalam melayani pelanggan baru maupun pengaduan terkait kebocoran. Semua harus direspon cepat.
Dengan cara tersebut, lanjut Yudi, kepercayaan masyarakat akan meningkat. Outputnya adalah kesadaran masyarakat untuk membayar kewajibannya bisa dilakukan dengan sukarela.
“Misalnya layanan air yang harus kontinyu 24 jam, pengajuan dan laporan harus direspon cepat. Bagaimana cara menangani keluhan pelanggan dan lain sebagainya, semua itu harus ditingkatkan,” tandasnya.
Membuka kanal aduan selebar-lebarnya dilakukan Yudi agar bisa mendapatkan feedback dari pengguna PDAM. Kuncinya adalah menumbuhkan kepercayaan pelanggan. Termasuk ketika ada kanal aduan di Lapor Hendi. Laporan dari pelanggan ini, kata Yudi menjadi sarana pembelajaran bagi PDAM untuk menjadi pelayan masyarakat.
“Kanal aduan ini harus dilayani orang, bukan mesin. Saya pasang operator 24 jam untuk menerima aduan. Meski kita punya kanal sendiri, kanal yang lain seperti Lapor Hendi juga kita pantau. Paling lama lima menit harus ada jawaban dari masalah yang dilaporkan,” tegasnya.
Menginjak usia perusahaan 110 tahun, menurut Yudi, PDAM Tirta Moedal seharusnya menjadi perusahaan yang matang. Selama masih menjabat, Yudi akan mengoptimalkan potensi. Seperti memperluas cakupan area pelanggan, menekan angka kehilangan air, dan masih banyak lagi.
Yudi juga menekankan kinerja transparan. Terlihat dari berbagai aplikasi PDAM yang bisa dimonitor secara real time. “Sistem ini nggak akan memengaruhi kinerja layanan. Misalnya saya pensiun atau karyawan saya pensiun. Layanan ini tetap bisa berjalan dengan sistem tadi,” ujar pria kelahiran Surabaya, 30 September 1968 ini.
Pandemi Covid-19 yang melanda, membuat Yudi memutar otak agar perusahaan tetap bisa berjalan dengan baik. Diakuinya, awal pandemi Covid-19 memang berimbas besar. Pemakaian air nondomestik turun. Utamanya pelanggan yang kuantitas pemakaiannya besar, seperti industri, mal, dan perhotelan.
Pihaknya pun menerapkan diskon bagi semua golongan agar target laba yang dicanangkan tetap bisa terpenuhi. Selain itu juga menekan pengeluaran.
“Inovasi harus dilakukan. Salah satunya memasang strategi pendapatan dan efisiensi biaya,” katanya.
Targetkan 10 Ribu Pelanggan Baru
Target 10 ribu pelanggan baru dicanangkan Yudi Indardo jika SPAM Semarang Barat mulai beroperasi. SPAM Semarang Barat merupakan proyek percontohan kerja sama pemerintah dan badan usaha (KPBU) di Indonesia. Dari tiga KPBU yang ada di Indonesia, lanjut Yudi, saat ini progresnya adalah air curah dari swasta yang kemudian dibeli PDAM.
“Saat ini sudah mulai berjalan dan disalurkan ke masyarakat. Peningkatan pelanggan pun sudah kelihatan,” kata Yudi.
Ayah dari Ken dan Keiko ini menjelaskan, pandemi Covid-19 dan adanya refocusing anggaran tahun 2021, membuat pembangunan jalur pipa di SPAM utama mundur. Baru akan diselesaikan pada 2022. Setelah semua saluran terpasang, ia punya komitmen 10 ribu sambungan baru.
“Kalau semua sudah jadi dan tersambung, kita punya komitmen penambahan 10 ribu sambungan baru dan bisa menambah coverage area,” tuturnya.
Sebagai perusahaan daerah, kata Yudi, harus ada sinergitas dengan program pemerintah pusat. Salah satunya seperti SPAM Semarang Barat ini, jika tidak, tentu kekuatan anggaran yang dimiliki tidak akan sanggup untuk membangun infrastruktur seperti saat ini.
“Contohnya tahun 2021, kita dapat anggaran dari pusat Rp 68 sampai 75 miliar. Kita setor program dan disetujui, nanti aset setelah dibangun akan diserahkan ke kita,” tambahnya.
Mengenai coverage area PDAM saat ini mencapai 60 persen. Jika SPAM Semarang Barat berjalan, diprediksi akan bertambah menjadi 80 persen. Sisanya kata dia, terpenuhi oleh program Pamsimas. Sepuluh persen lainnya adalah remote area.
“Semarang bagian atas seperti Banyumanik, Mijen dan lainnya memang belum. Tapi sudah kita pikirkan untuk masuk ke sana,” ujarnya.
Solusi daerah remote area ini, kata dia, adalah mengambil sumber air dari sisi kiri ataupun timur Semarang. Yakni di Jragung, kemudian memasang pompa di Pucanggading, baru disalurkan ke Semarang atas. Kerja sama dengan Kabupaten Kendal dan Demak. Yudi mena rgetkan, ke depan PDAM Tirta Moedal bisa suplai ke kabupaten tetangga.
“Harbour toll kalau jadi ada kolam retensinya. Kita akan balik support tetangga kita. Misalnya untuk menjual air siap minum atau olahan ke mereka,” tandasnya. (den/zal/lis)