RADARSEMARANG.COM – M Choirun Nizar SHI S.Hum MHI terbilang santri yang penuh prestasi. Sejak kecil sudah terkenal tekun dan rajin menimba ilmu agama. Selain dikenal sebagai Ustad Nizar, dirinya kini aktif di berbagai organisasi keagamaan dan pemberdayaan umat.
Ustadz Nizar sejak kecil memang sudah lekat dengan dunia santri. Pernah mengenyam pendidikan di Madrasah Diniyah Al-Fattah di lingkungan Masjid Terboyo Semarang. Bahkan, lulus SD langsung nyantri di Pondok Pesantren (Ponpes) Darul Furqon Kudus selama 4 tahun. Bersamaan itu, ia juga menjadi santri di Madrasah Qudsiyah dan Madrasah TBS Kudus hingga tahun 2005. Setelah tamat, ia melanjutkan pendidikan non formal di Pondok Bustanu Usysyaqil Quran Demak hingga akhir 2007.
Bahkan pernah mengabdikan diri sebagai lurah santri dan sebagai santri ndalem. “Keberkahan bagi seorang santri, hanya bisa diraih dengan manut dan ta’dzim kepada kiai,” kata dosen yang kini menyiapkan disertasi di UIN Walisongo Semarang ini.
Setelah 9,5 tahun menjadi santri, ia melanjutkan studinya di Unissula, jurusan Syariah, Fakultas Agama Islam (FAI) dengan beasiswa tahfidz. Bahkan memperoleh beasiswa kuliah double degree di jurusan Sejarah Peradaban Islam. Tak hanya itu, selama menjadi mahasiswa pernah diikutsertakan lomba MTQ mendapatkan Juara 1 cabang Tafsir tingkat Jateng. Bahkan, menjadi wisudawan terbaik pada tahun 2012.
Berkat prestasi akademiknya, tahun 2012 mendapatkan beasiswa Program Pendidikan Kader Ulama atau S2 di IAIN Syekh Nurjati Cirebon. Selama proses studi S2, ia kembali nyantri di Ponpes Ma’had Ali Al-Hikamul Salafiyah Babakan Ciwaringin Cirebon. “Jadi saya nyantri lagi. Istri dan anak saya ditinggal di Semarang. Dua hari kuliah, lima hari ngaji sebagai santri dengan para kiai di Babakan.” ungkap ayah empat anak tersebut.
Selama menempuh studi S2, ia pernah mendapatkan kesempatan menjadi Tim Safari Dakwah di Manokwari yang diselenggarakan Atase Agama Kedubes Saudi Arabia tahun 2013. Tahun berikutnya, menjadi bagian dari Tim Safari Dakwah Atase Agama melalui Kedubes sebagai utusan untuk daerah Deli Serdang. “Saat itulah, untuk pertama kalinya, saya belajar ngopeni masyarakat yang bermacam-macam karakternya. Saat itu juga saya membuktikan bahwa menjadi santri, harus selalu siap ditempatkan di mana saja,” jelas pria 35 tahun tersebut.
Setelah 10 tahun lebih menjadi santri, Ustad Nizar menjadi dosen di Unissula sejak enam tahun silam. Selain itu, ia menjadi ketua Takmir Masjid Jami’ Tegalrejo di daerah tempat tinggalnya dan menjadi pengurus Lembaga Falakiyah dan Lakpesdam di PWNU Jateng.
Di hari santri ini, Ustad Nizar berharap, agar semangat para santri terus dinyalakan dan harus selalu ada. Ia berharap para orang tua tidak ragu lagi menitipkan anaknya agar mengaji di ponpes, terutama yang beraliran aswaja. “Para santri harus terus berjuang menebar kemanfaatan untuk bangsa dan negara dengan peranan masing-masing,” ujarnya penuh semangat. (fgr/ida)