RADARSEMARANG.COM – Kegemaran membaca membuat Daniel Fahmi Rizal sukses menjadi dosen sekaligus seorang komikus. Itu juga tak lepas dari peran orang tua yang telah mendidiknya. Kini, Daniel telah melanglang buana sebagai komikus independen.
Bermula dari kegemaran membaca buku sejak kecil, membuat Daniel mantap terjun ke dunia komik. Ketertarikannya itu muncul ketika merasa asyik membaca komik yang dibelikan kedua orang tuanya. Bahkan hingga dewasa, jenis bacaan itu masih menempel dan lekat padanya.
“Dulu orang tua sering mbelani ke Semarang untuk membelikan bacaan buat saya,” kata Daniel Fahmi Rizal saat dihubungi RADARSEMARANG.COM.
Pria 30 tahun yang akrab disapa Daniel itu, mulai fokus memperdalam dunia komik ketika masuk kuliah. Ia menganggap, bahwa komik tidak hanya sebagai hiburan saja. Tetapi ada maksud-maksud tertentu yang ingin disampaikan komikus kepada pembaca. Kemudian, ia bergabung bersama komunitas komik di Jogja. Dari situ, ia semakin mengembangkan diri.
“Di komunitas itu saya bisa sharing, mengembangkan diri, dan mendapat pengalaman dari teman. Karena di kampus saya dulu tidak ada jurusan seni. Lalu saya bergabung bersama teman dari ISI Jogja,” terang alumni Sastra Indonesia Universitas Gadjah Mada (UGM) itu.
Daniel menceritakan, perjalanan karir sebagai komikus dimulai sejak berada di komunitas komik Jogja. Di tahun 2016, ia mendapat kabar dari seorang teman terkait salah satu perusahaan di Jakarta yang membutuhkan seorang komikus. Kemudian ia mengirim portofolio ke perusahaan itu, sampai akhirnya diterima.
Lebih lanjut, pada 2018 ia memutuskan mengakhiri pekerjaannya sebagai komikus di perusahaan sebelumnya. Karena ada lowongan dosen di Universitas Tidar, dia pun berminat menjadi dosen. Lantaran suka dengan public speaking dan tampil di depan umum.
“Dari situ saya tetap ngomik. Tapi dengan jalan independen. Karena ada pekerjaan utama, yakni menjadi dosen,” ungkap dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Tidar ini.
Ketika diterima sebagai pengajar, dia merasakan jika ijazah selama kuliah ini baru terpakai saat menjadi dosen. Dari sisi ekonomi, dia menganggap jika profesi itu sebagai salah satu strategi bertahan hidup. Namun dari sisi personal, dia cenderung ingin berbagi ilmu dan informasi kepada orang lain. “Menurut saya, passion yang saya miliki dengan pekerjaan utama saat ini memang selaras. Jadi saya menikmatinya,” ujar Comic Artist NU Online ini.
Meski Tidak Full Time, Ingin Tetap Ngomik
Pengalaman pria kelahiran Demak dalam dunia komik ini antara lain, pernah menjadi Komikus Pameran Komik Strip “Haji Backpacker” Biennale Jogja XII (2013), Komikus Festival Komik Fotokopi Biennale Jogja XII (2013), Penulis Cerita Komik Kosmik Publisher (2017), Penulis Cerita Komik Comico Indonesia (2018), dan baru-baru ini telah menyelesaikan project bersama Alala Kids (penerbit cerita anak bertemakan keislaman dan kemanusiaan).
Biasanya, Daniel membagikan hasil karya (komik) ke Instagram. Itu menjadi salah satu platform agar karyanya bisa dibaca dan dinikmati orang lain. Itu juga sebagai motivasinya tetap ngomik. Meski secara independen.
“Saya senang ketika karya saya bisa dibaca dan dinikmati orang lain. Itu seperti ada bonus dalam diri saya,” kata pria yang memiliki prinsip hidup migunani tumraping liyan ini.
Ketika disuruh memilih antara dosen dan komikus, Daniel tertawa. Ia menganggap bahwa keduanya bisa berjalan selaras tanpa harus memilih.
“Pekerjaan dan passion itu harus seimbang. Misalnya makan mie ayam, kenapa harus memilih dikasih saus atau kecap kalau keduanya dicampurkan menjadi nikmat?” ujar pria yang mengidolakan Chris Lie (ilustrator dan komikus asal Solo yang mendunia).
Dengan banyak kesibukannya, Daniel juga pernah mnegalami badmood. Terlebih, menjadi dosen dan berada di lingkungan orang-orang toxic membuatnya harus pintar-pintar mengatur mood. Biasanya, Daniel menyempatkan waktu untuk menonton film sebagai hiburannya. “Antara kerjaan dan hiburan juga harus balance. Itu yang bikin psikis sehat,” tegasnya.
Rencananya, ia tetap ingin ngomik dan berbagi ilmu. Ia juga ingin terjun di dalam perubahan industri kreatif saat ini. “Meski saya gak full time jadi komikus, seenggaknya saya bisa berbagi ilmu lewat talkshow dan organisasi,” ungkap anggota Divisi Riset Asosiasi Komik Indonesia 2021 ini. (cr8/ida)