31 C
Semarang
Sunday, 22 June 2025

Data Tak Faktual, Hasilkan Perencanaan Tak Baik

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COM – Kebijakan berbasis data faktual itu jauh lebih baik (evidence based policy). Sudah seharusnya masyarakat di berbagai lini bisa memberikan data yang sebenarnya, bukan data bohong.

Sentot Bangun Widoyono MA, kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Tengah (Jateng) ini merasa bersyukur, masyarakat Jateng sudah mulai memiliki tingkat kesadaran terhadap pentingnya survei. Meski masih ada sebagian masyarakat yang belum bisa memberikan data-data yang faktual kepada petugas survei dari BPS.

“Perlu diketahui, ketika kita menggunakan data yang tidak baik, maka artinya sudah tidak baik di dalam melakukan perencanaan,” kata bapak empat anak lulusan Belanda ini.

Sentot pun berharap kepada masyarakat maupun organisasi perangkat daerah untuk bersama-sama membangun data yang berkualitas. Sebagaimana yang diamanatkan Perpres 39 tahun 2019, tentang Satu Data Indonesia. Pemberian data yang jujur, akan menghasilkan informasi dan kebijakan yang berkualitas untuk masyarakat banyak.

“Mari bersama-sama membangun data statistik yang berkualitas, baik yang dikumpulkan BPS maupun yang dikumpulkan masing-masing organisasi daerah,” harapnya.

Namun yang menjadi tantangannya saat ini, adalah data dari perusahaan besar. Masih banyak yang merasa takut dan menolak memberikan data tentang pendapatan dan pengeluaran. BPS akan menjaga kerahasiaan data individu perusahaan. Bahkan, kalaupun hanya ada dua perusahaan di sebuah kabupaten/kota, maka tidak akan dirilis di kabupaten/kota tempat perusahaan tersebut.

“Mereka biasanya takut, data individunya keluar. Padahal sebenarnya BPS tak pernah menyajikan data individu. Kalaupun data individu, BPS paling banter hanya menyajikan nama dan alamat perusahaan berupa Direktori Perusahaan. Itu sebenarnya bisa dibilang promosi nama dan alamat perusahaan,” tuturnya.

Namun Sentot bersyukur dengan Gubernur Ganjar Pranowo yang sangat peduli data dan pro aktif membantu BPS melakukan survei di bidang perusahaan, terutama sektor industri. Bahkan kini sudah mendapatkan dukungan dari Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Jateng yang mengirimkan surat edaran ke Apindo kabupaten/kota.

“Survei di sisi industri sekarang semakin membaik. Respon terhadap survei kami yang bulanan untuk industri besar dan sedang bisa mencapai hampir 90 persen. Sedangkan respons survei industri mikro dan kecil bisa mencapai 100 persen,” tuturnya bangga dengan dukungan Gubernur Ganjar.

Diakuinya, survei industri bisa meliputi berbagai bidang. Mulai industri pakaian jadi, tekstil, kayu, migas, dan banyak kategori lainnya. Pihaknya menyajikan data makro untuk dijadikan landasan perencanaan lembaga apapun yang membutuhkan. “BPS juga memiliki program unggulan Jateng Nyah Nyoh. Semua data hasil survei disabarkan secara gratis kepada siapa saja, tidak hanya yang menginginkan atau memintanya. Semua bisa diakses melalui website BPS maupun aplikasi google play store dalam bentuk OTS (One Touch Statistics) Jateng,” tuturnya.

Perlu diketahui, BPS tidak hanya melakukan sensus 10 tahunan, seperti Sensus Penduduk yang dilakukam di tahun berakhiran 0, Sensus Pertanian pada tahun akhiran 3, dan Sensus Ekonomi pada tahun akhiran 6. Tapi juga melakukan beragam survei untuk menghitung inflasi, ekspor impor yang diolah dari data pabean, data nilai tukar petani, transportasi, wisatawan mancanegara, tingkat hunian hotel. “Survei ini dilakukan setiap bulan. Itu juga bagian dari komponen menghitung pertumbuhan ekonomi atau produk domestik regional bruto (PDRB),” jelasnya.

Bahkan, dalam Sensus Penduduk 2020 secara online, ada 9,6 juta penduduk Jateng yang memiliki kesadaran update data mandiri secara online. “Jumlah itu tertinggi di Indonesia. Ini berkat dukungan gubernur dan wakil gubernur Jateng dan strategi melibatkan siswa sekolah dan mahasiswa,” imbuhnya.

Selama pandemi Covid-19, BPS juga beberapa kali melakukan survei kepatuhan masyarakat terhadap kepatuhan menjalankan prokes. Termasuk dampak Covid-19 di rumah tangga. “Ini menggunakan inovasi baru atau cara online. Metodenya adalah partisipatory dari masyarakat,” katanya.

Sukai Kho Ping Ho, Selalu Berpikir Positif

TUGAS menjadi kepala BPS yang kesehariannya berkutat dengan survei dan analisis data ini, sudah menjadi bagian dari hidup Sentot Bangun Widoyono. Meski begitu, lulusan Akademi Ilmu Statistik (AIS) yang melanjutkan pendidikan akademisnya di Institute of Social Studies, Den Haag-Belanda hingga S2 ini, memiliki tips khusus. Terpenting adalah menghindari berita negatif.

“Membaca berita negatif, maka otak kita akan turut berpikir negatif juga. Makanya saya selalu membaca berita positif. Kalau ada koran, maka yang saya baca, paling utama adalah opini dan tajuk rencana,” tuturnya.

Tak hanya koran, bacaan yang paling di suka bapak empat anak ini adalah serial kung fu, Kho Ping Ho. Di serial ini, ada pembelajaran dari perilaku manusia yang bisa diambil. “Tapi saya juga suka baca buku motivasi, manajemen, mengikuti medsos world economic forum maupun World Bank. Kalau diundang menjadi pembicara, bisa memberikan bahan yang up to date. Bahkan, ada saja bahan yang bisa di-upload di media sosial yang positif. Ada sumber baru yang membuat lebih percaya diri,” katanya.

Baginya kunci sukses ada tiga, yakni, kepercayaan, niat, dan mind set. Sentot juga menyitir Simon Simek dalam Book Summaries, yakni Start With Why. “Apa yang sebenarnya ingin kamu lakukan, dan apa yang ingin kamu capai,” katanya memperjelas tentang konstruksi mind set.

Sentot juga terinspirasi dari buku pengembangan diri yang menjelaskan tentang tujuh kebiasaan perilaku utama manusia efektif yang ditulis oleh Stephen R Covey. Yang paling melekat di dirinya adalah asahlah gergaji. “Kalau kita ingin memotong kayu, lebih baik kita istirahat sebentar mengasah gergaji untuk memotong lagi. Dari pada melanjutkan memotong kayu dengan gergaji tumpul,” tuturnya.

Implementasinya, imbuhnya, harus selalu mengasah otak dengan hal-hal yang positif yang menambah wawasan. “Terpenting adalah berpikir positif, meningkatkan empati, dan selalu proaktif,” tandas pengarang buku “Jateng Melawan Pandemi dan Resesi” bersama guru besar Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta, Prof Mudrajad Kuncoro Ph.D. dan beberapa penulis BPS Jateng. (ida)


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya