RADARSEMARANG.COM – ‘Kemana pun Anda pergi, lakukanlah dengan segenap hati’ itu nasihat Confusius ratusan tahun silam. Meski usang, kata-kata itu masih relevan, untuk menggambarkan sosok Edy Supriyanta, Kepala Biro Umum Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jateng yang menjabat Plh Bupati Rembang sejak 17 Februari hingga 25 Februari 2021.
Menjadi PNS sejak 1988, perjalanan karir pria kelahiran Jepara 56 tahun lalu ini terbilang pesat. Mulai Kasi Terminal Antar Kota hingga di kemudian hari berbagai jabatan dengan tanggung jawab lebih besar diembankan kepadanya. Bahkan, beberapa jabatan tidak berhubungan dengan latar belakang disiplin ilmu yang ia miliki.
Tercatat, Edy pernah menjadi Kasubag Kepegawaian & Ortala, Kasubag Penanggulangan Bencana, hingga Kepala UPP Banyumas dan Pekalongan. Sebelum menjabat Kepala Biro Umum Pemprov Jateng tahun 2017, bapak dua anak ini sempat menjadi Kabid Komunikasi dan Informatika Dishubkominfo serta Kabag Rumah Tangga dan Kabag Rumah Tangga Sekda.
Keberhasilan Edy menangani berbagai penugasan yang berbeda-beda ini, diakuinya semata-mata karena dirinya berusaha mempelajari semua bidang yang dipercayakan padanya dengan sungguh-sungguh.
“Saya ini ngga pintar-pintar amat. Tapi saya percaya, pada prinsipnya semua yang ada di dunia ini bisa dipelajari. Kecuali bidang teknis yang memang perlu dipelajari khusus, misalnya kedokteran. Tapi kalau ilmu sosial, Insyaallah bisa,” ungkap Edy.
Optimisme itu selalu ia sebarkan melalui sikap dan tindakan nyata. Baginya, dengan memberi contoh, ia ingin menumbuhkan potensi terbaik orang-orang di sekitarnya. Itulah yang membuatnya selalu terlihat antusias ketika berinteraksi dengan siapa saja, termasuk para bawahannya.
Mita, 35, staf Humas Pemprov Jateng adalah salah satu dari sekian banyak bawahan Edy yang menyukai gaya kepemimpinan suami dari Siti Eka Arbandinah ini. “Kesediaan Bapak (Edy) untuk ngobrol, diskusi (dengan kami), itu membuat kami sebagai bawahan jadi merasa dihargai dan diperhatikan. Apalagi beliau orangnya sangat terbuka dengan ide dan usulan dari bawahan,” ujar Mita.
Senada dengan Mita, ajudan Edy di Pemkab Rembang, Risyad, 24, juga mengutarakan kesan serupa. Ia mengatakan, Edy adalah pejabat yang ramah pada siapapun. Pembawaannya bapak dua anak ini hangat, mampu mengurai kekakuan pertemuan dinas menjadi lebih bersahabat.
Di sisi lain, Dandim Rembang yang menjadi salah satu anggota Forkopimda, Donan Wahyu, 41, sepakat dengan pendapat itu. “Forkopimda jadi gayeng dan bisa bekerja lebih cepat. PPKM kami berhasil menurunkan Rembang dari zona merah menjadi kuning,” ujar Donan.
Semangat anggota Forkopimda untuk mencapai target di antaranya berkat dorongan Edy. “Beliau tak sekedar mitra kerja, tapi juga seperti bapak. Pak Edy tidak ragu untuk mendahulukan minta saran pada kami yang lebih muda. ‘Bagaimana usulan Pak Dandim, Pak Kapolres, Bu Kajati?’ begitu biasanya,” tutur Donan.
Bukan dukungan basa-basi, usulan dari anggota Forkopimda pun langsung ditanggapi Edy dengan antusias. “Sering sekali begitu, usulan kami diterima, beliau langsung mengajak ke lokasi. Bahkan, bila diperlukan langsung dieksekusi. Luar biasa cara beliau. Membuat kami semua bersemangat,” ujar Donan.
Lebih lanjut, Edy mengungkapkan bahwa dirinya juga menjunjung tinggi sifat tenggang rasa dan etika sopan santun. “Budaya Jawa sangat menjaga etika dan sopan satun. Sangat penting tata cara kita menyampaikan sesuatu. Selain dengan data meyakinkan, pastikan cara kita menyampaikan juga tidak menyakitkan hati orang lain,” tutur Edy.”Banyak orang yang pintar tapi jadi tidak beruntung karena (mengabaikan) masalah ini,” lanjutnya.

Ajak PNS Muda Gali Minta dan Potensi
Menjalani profesi sebagai PNS puluhan tahun bahkan dua kali mendapatkan penghargaan Satyalancana dari presiden, Edy melihat semakin hari kualitas PNS semakin baik. Salah satunya karena proses rekruitmen yang lebih ketat. Bagi mereka para PNS muda, Edy mengajak untuk selalu menggali minat dan potensi agar bisa menjadi satu keahlian.
Anggapan menjadi PNS akan menumpulkan kreativitas, sama sekali tidak benar. Pemprov Jateng justru sangat mendorong para pegawainya untuk berkreasi seluas mungkin untuk menghasilkan inovasi-inovasi.
“Di Jateng, sesuai arahan Pak Ganjar, saya dorong staf untuk bebas berinovasi, kreatif sepanjang sesuai aturan dan bagus manfaatnya bagi masyarakat. Kalau memang dalam perkembangannya ternyata aturan ini malah kurang mendukung, aturannya bisa kita sesuaikan,” tegas Edy.
Tanggal 26 Februari, Bupati Rembang yang merupakan incumbent kembali diangkat, ini menjadi akhir masa tugas Edy sebagai Plh di daerah itu. Sebelum dipercaya menjadi Plh Bupati, Edy juga menduduki posisi sebagai Plt Sekda Rembang. Meski hanya tiga bulan bertugas di Rembang, Edy meninggalkan banyak kesan dan kenangan bagi masyarakat Rembang, khususnya para pegawai Pemkab Rembang dan Forkopimda.
Gustamin, 53, adalah salah satu orang yang akan kehilangan sosok Edy. Staf tata usaha Sekda Rembang yang telah mengabdi di tempat itu sejak tahun 1998 begitu merasakan kehadiran Edy selama tiga bulan belakangan memberi kemajuan besar di lingkungan kerjanya. Bukan hanya membenahi sistem manajemen menjadi lebih baik, Edy bahkan membenahi penataan ruang kerja di Sekda menjadi lebih nyaman bagi semua pegawai.
“Walau baru sebentar, beliau sudah membawa banyak perubahan. Sudah sembilan kali saya mengalami pergantian Sekda, tapi baru kali ini saya menemukan yang sebaik beliau,” ujar Gustamin. (ida)