RADARSEMARANG.COM – Bekerja maksimal. Itu prinsip One Andang Wardoyo ketika menerima tugas apapun. Termasuk saat ini ketika mengemban jabatan sebagai Sekretaris Daerah Kabupaten Wonosobo. Dijalani sepenuh hati, lakukan yang terbaik untuk Wonosobo.
Setidaknya 11 jabatan berbeda pernah ditempati One Andang Wardoyo. Termasuk jabatan yang tengah diembannya menjadi sekretaris daerah (sekda) saat ini. Sebagai aparatur sipil negara (ASN) pria kelahiran Desa Muneng, Kecamatan Candiroto, Temanggung pada 25 September 1968 ini telah mengabdikan hampir separo hidupnya di Wonosobo.
Selama 24 tahun mengabdi sebagai ASN, berbagai pengalaman telah dilaluinya. Mulai menjadi staf, kasubag, camat, hingga menjadi pimpinan di berbagai dinas. Dari proses yang panjang itulah banyak pengalaman yang menjadi bekalnya memimpin ASN. Sebagai sekretaris daerah, kapabilitasnya teruji.
Karirnya dimulai tahun 1991. Ketika lulus dari APDN ia memilih Kabupaten Wonosobo sebagai tempat pengabdian. Pertama kali bertugas, ditempatkan di Kecamatan Mojotengah.
“Sejak lulus dulu, saya memang disuruh untuk memilih wilayah penempatan. Salah satunya Wonosobo lah yang saya pilih,” terangnya.
Selain tempatnya cukup berdekatan dengan kota asalnya, menurutnya Kabupaten Wonosobo wilayah yang sarat akan sejarah. Termasuk potensi alamnya yang tidak terlalu jauh dengan Kabupaten Temanggung. Sehingga ia berharap bisa cepat melakukan penyesuaian.
Baru dua bulan menjabat staf administrasi di Kecamatan Mojotengah Andang ditarik menjadi pengasuh APDN di Jatinangor, Jawa Barat. Selama dua tahun di sana, ia melanjutkan studi S1-nya di IIP, Jakarta. Pada 1996 dikembalikan lagi ke Wonosobo. “Saat kembali, saya dimasukkan ke staf bagian pemerintahan,” lanjutnya.
Setelah menjadi staf selama beberapa tahun, ia menikah dengan gadis Wonosobo, Win Sulistianingsih. Dari pernikahannya lahir 3 buah hati. Yakni Yumma Hanun Rahajeng mahasiswa semester 7 di UGM, kemudian Naufal Dafal Imanulhaq duduk di bangku SMAN 2 Wonosobo dan si bungsu Ayarin Auliya Rahajeng di SMPN 2 Wonosobo.
Pada tahun 2001, ia memilih melanjutkan S2 di UGM. Lulus tahun 2003 ia mulai di tempatkan di Disyandu. Belum satu tahun, dia dipindah ke kasubag pemerintahan. Tahun 2006 pindah menjadi Camat Selomerto. Dua tahun mengabdi di sana dipindah lagi menjadi kabag pemerintahan. Hampir setiap tahun berganti jabatan. Mulai dari kesbangpol, staf ahli, kadishub, kadisdikpora, kepala bappeda, dan kadisparbud. Pada tahun 2019 lalu dilantik menjadi Sekda Kabupaten Wonosbo.
Andang mengaku sejak kecil diajari untuk hidup mandiri. Dengan berjualan, bertani, dan menjadi penjaga toko. Nilai tersebut yang hingga kini tertancap dalam ingatannya. Sehingga ketika ditempatkan dalam posisi dan jabatan apapun, ia mencoba untuk memaksimalkan segala kemampuan itu.
“Salah atau benar, setiap kali ada perintah ya dijalankan. Jadi apa yang bisa saya lakukan, akan saya lakukan. Nggak pernah selama ini pilih-pilih pekerjaan. Ditempatkan di manapun akan saya lakukan dengan maksimal. Itu prinsip saya,” terangnya saat menjelaskan tentang pengalaman hidupnya selama ini.
Fokus Sektor Pertanian dan Pariwisata
Sektor pertanian dan pariwisata masih jadi fokus Pemkab Wonosobo dalam beberapa tahun ke depan. Pasalnya dua sektor tersebut memiliki potensi yang menjanjikan.
Sekda One Andang wardoyo menegaskan akan lebih banyak menyasar dua sektor tersebut untuk digarap. “Di Wonosobo ini ada dua hal yang harus dikelola dengan baik. Satu pertanian, dua pariwisata. Sebab apapun bisa didapatkan di sini. Bahkan kadang yang tidak ada di sana, kita itu punya,” terangnya kepada RADARSEMARANG.COM di kantornya.
Menurut kacamata bapak 3 anak ini, dua sektor tersebut hingga saat ini masih belum tergarap maksimal. Pihaknya mengaku masih butuh proses yang cukup panjang untuk menyelesaikan dua persoalan tersebut.
Jika berbicara mengenai pertanian dan pariwisata menurutnya masih terlampau umum. Perlu ada topangan lain yang mendukung kedua sektor ini. Seperti peningkatan insfratrukturnya, tata kelolanya, hingga melakukan proses branding keluar. “Jadi tidak serta merta hal itu bisa diselesaikan secara cepat dan instan. Ada banyak variabel yang masih perlu diselesaikan,” tandasnya.
Misalnya persoalan pertanian yang paling mendasar itu ada di harga pupuk yang terus meninggi. Jika hal ini bisa ditekan melalui subsidi atau semacamnya, maka hasil dari produksi pertanian akan mengalami surplus dari hasil yang dijual.
“Kalau pupuk semakin mahal, tentu ketergantungan petani pada tengkulak semakin tinggi. Jadi saat dilepas murah saat panen mereka terpaksa harus menerima. Konsekuensi di pasar kan begitu,”imbuhnya.
Sayang kedua menurutnya, itu ada di proses pengolahan. Dari harga jual bahan baku menjadi bahan olahan, tentu hal ini akan menjadi tambahan sendiri bagi para petani.
“Melalui hasil packing produk petani itu akan kita kemas ke depan sehingga memiliki nilai tawar lebih. Syukur bisa kita tukar dengan kota lain yang membutuhkan,” terangnya.
Sementara itu mengenai pariwisata, Pemkab telah menjalin kerja sama dengan berbagai pihak. Utamanya untuk membangun infrastruktur penghubung. Lewat jalan lingkar, reaktivasi rel kereta api. Sehingga lalu lintas bisa dengan mudah dilalui.
Namun kedua faktor ini masih perlu dukungan di sejumlah sektor. Selain sisi infrastruktur secara fisik, juga dengan penggabungan kualitas sumber daya manusianya.
Sementara di bidang pendidikan, pihaknya bakal menekankan pada penguasaan empat hal. Yakni bahasa Inggris, teknologi informasi dan komunikasi (TIK), entrepreneur, nasionalisme. Namun tetap dengan melihat karakter siswanya. Sehingga tidak menghilangkan kemampuan anak di bidang tertentu.
Tak hanya sampai di situ, pihaknya dalam waktu dekat ini juga akan mendorong kemandirian ekonomi. Dengan mengupayakan peningkatan di sektor pajak dan retribusi. Pasalnya, Andang melihat pengoperasian pajak di sektor ini belum maksimal. “Kalau ini dimaksimalkan saya kira PAD kita akan naik pesat,” pungkasnya. (git/lis/bas)