RADARSEMARANG.COM – Dunia politik praktis bagi Zayinul Fata sudah tidak asing lagi. Baginya, masuk dan berkecimpung dalam politik merupakan panggilan jiwa.
Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Demak ini berpandangan, politik adalah seni dalam bergaul dengan siapapun. “Kalau pinjam istilah KH Ma’ruf Amin (wakil presiden RI), jadi anak muda itu tidak boleh Mabniyyun ‘Alas Sukun, La Mahalla Lahu Minal I’rob. Artinya, anak muda tidak boleh kokoh dalam diam, sehingga tidak mengambil posisi dalam pergerakan,” ungkap sekretaris DPC Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Kabupaten Demak ini.
Perkenalan dengan dunia pergerakan politik ia lakukan sejak menjadi aktivis mahasiswa di Solo dan Jakarta. Menurutnya, ia merasa punya bakat atau memiliki skill kepemimpinan. Itu semua, kata dia, lantaran sering ditempa dengan berbagai macam kondisi dan lingkungan berorganisasi. “Jadi, motivasi saya terjun ke politik sejak muda ya melanjutkan jalan perjuangan waktu jadi aktivis. Dan, sekarang pun masih menjadi aktivis. Hehehe,”ujar Zayin.
Pria kelahiran Demak, 16 Januari 1986 ini menambahkan, ia lebih memilih berlabuh sebagai politisi PKB. Jalan liku politik pun harus ia jalani.
Mengapa? “Ya, posisinya sangat jelas. Satu sisi, PKB itu partainya NU (Nahdlatul Ulama) dan partainya warga Nahdliyyin (orang NU). Apalagi, Kabupaten Demak ini, 99 persen warga Nahdliyyin,” kata suami dari Hana Maulida ini.
Artinya, dengan masuk di PKB, berarti sudah memiliki modal suara begitu besar di masyarakat. Selain itu, lanjut Zayin, Gus Dur (KH Abdurrahman Wahid) merupakan sumber inspirasi dalam cara pandang sekaligus cara berpikir dalam berbagai bidang apapun. Baik itu, bidang keagamaan, sosial, maupun politik.
Ia berharap, PKB makin dicintai rakyat. “Dan, PKB bisa melayani yang terbaik untuk NU dan bangsa ini, ”kata ayah dari Muhammad Arbab Kautsar, Mazaya Hilya Nailufer, dan Mahaya Zahida Eqleema ini.
Sebagai politisi PKB, pengalaman sebagai anggota dewan tercatat baru setahun terakhir. Meski belum banyak pengalaman yang diperoleh, namun proses yang dijalani cukup untuk sarana belajar politik praktis dalam ruang lingkup di wilayah Demak ini. Sebab, pengalaman adalah guru terbaik dalam kehidupan. “Ada pengalaman menarik, kali pertama dapat giliran memimpin paripurna, itu langsung saja saya ucapkan salam dan mulai. Jadi, nggak pakai protokoler dulu. Mungkin saking semangatnya dan terbiasa dengan acara di partai,” katanya.
Lalu, apa yang akan dilakukan untuk Kabupaten Demak?. Menurutnya, banyak sekali. Meski terkadang ruang lingkup sangat terbatas, namun ide dan gagasan dalam rangka perbaikan kebijakan untuk masyarakat menjadi fokus utama. Salah satunya, bagaimana pondok pesantren (Ponpes) dan madrasah diniyyah (Madin) yang ada di Demak menjadi bagian penting dalam proses pengambilan kebijakan yang ada di Demak. “Baik ketersediaan dukungan APBD maupun regulasi pendukung kegiatan pendidikan keagamaan itu,” katanya.
Duduk Bersama Bangun Kota Wali
Soal pembangunan di Kabupaten Demak, Zayinul Fata memiliki pandangan yang menarik. Dia mengungkapkan, perkembangan Demak sebagai Kota Wali diyakini akan terus membaik meski berjalan agak lambat. Perbaikan terus dilakukan termasuk tata kelola pemerintahan dan sarana prasarana terkait kebutuhan masyarakat.
“Yang masih memprihatinkan itu karena PAD kita memang masih kecil. Jadi, porsi APBD masih tergantung pemerintah pusat,” katanya.
Dan itu semua, kata dia, tergantung komunikasi bupati kepada pemerintah pusat. Upaya yang dilakukan adalah bagaimana bisa duduk bersama bupati untuk menggali sumber potensi PAD yang bisa dikembangkan. Istilahnya adalah, jika sumber potensi PAD besar, maka mau bangun apa saja bisa dilakukan.
Pekerjaan rumah Pemkab Demak masih banyak. Baik, terkait sarana prasarana bidang pendidikan, kesehatan, UKM, investasi, dan lainnya. Juga soal penataan ulang sektor pariwisata, maupun agribisnis. Itu semua butuh kebersamaan. Perlu kompak. “Sekarang ini ada kecenderungan semua jalan sendiri-sendiri. Eksekutif, legislatif, maupun dunia usaha juga jalan sendiri,” katanya.
Sebetulnya, kata Zayin, potensi Demak sangat besar. Hampir semua bidang bisa dikembangkan. Pariwisata misalnya, perlu adanya penataan sehingga bisa menjadi lokasi wisata yang modern dan menarik. Juga soal perlunya pengembangan UKM, produk produk kerajinan, ekonomi kreatif serta komoditas unggul lainnya.
“Bidang kelautan juga perlu didorong. Di Desa Betahwalang, Kecamatan Bonang potensi rajungan cukup besar. Skala ekspor,” katanya. Jambu merah delima dan citra juga menjadi ikon Demak. Perlu ada promosi hingga luar negeri.
Semua itu perlu dukungan regulasi yang bisa mendorong kemajuan daerah. “Jangan buat perda yang mubazir. Selain itu, hubungan pemerintahan antara eksekutif dan legislatif bisa dijalin lebih harmonis,” katanya sembari tertawa.
Sabtu dan Minggu untuk Keluarga
Sebagai Wakil Ketua DPRD Demak dari Fraksi PKB, aktivitas Zayinul Fata dari hari ke hari makin padat. Karena itu, membagi waktu dengan keluarga dinilai sangat penting.
“Sabtu Minggu kita usahakan bisa bersama dengan keluarga. Hanya saja, Sabtu Minggu pun kadang banyak juga kegiatan partai,” katanya.
Dua bulan ini misalnya, kegiatan pendidikan politik bagi kader PKB di tiap kecamatan dilaksanakan secara marathon. Full dua bulan. Waktunya pun banyak pada Sabtu.
Saat bersama dengan keluarga, kata Zayin, lebih banyak dimanfaatkan untuk berburu kuliner. “Untuk urusan kuliner ini agak susah ngilangin. Makanya, berat badan saya susah turun,” katanya sembari tersenyum.
Meski demikian, kata dia, menjaga diri dengan kebutuhan makanan sehat tetap diutamakan. Ini supaya badan juga sehat. “Apapun, kalau badan sehat, Insya Allah semua berjalan lancar,” ujarnya. (hib/ton)