27 C
Semarang
Sunday, 22 June 2025

Komunikasi Intens, Kunci Keberhasilan Kepemimpinan

Rektor Universitas Muhammadiyah Magelang, Dr. Suliswiyadi, M. Ag

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COMPola kepemimpinan 3M (mengayomi, memajukan, dan menyejahterakan) diterapkan Dr Suliswiyadi, M.Ag dalam memimpin Universitas Muhammadiyah Magelang periode 2020-2024. Komunikasi yang terarah dan terbuka merupakan salah satu kelebihannya membawa organisasi yang digeluti  semakin maju.

Tiga puluh delapan tahun menjadi kader Muhammadiyah membuat Suliswiyadi sukses berkecimpung dalam setiap organisasi. Kemampuan berorganisasi itu pula dibuktikan dengan diberikannya mandat sebagai Rektor UM Magelang pada 18 Januari 2020. Prosesi pelantikan rektor dilakukan oleh Sekretaris Majelis Diktilitbang PP Muhammadiyah Dr Syamsudin M.Pd  di aula rektorat lantai 3 kampus 2 UM Magelang.

Ditemui RADARSEMARANG.COM Sabtu (27/6) di kediamannya Jalan Gatot Soebroto Gang Jambu, Kecamatan Mertoyudan, Kabupaten Magelang mengaku menjadi rektor bukanlah ambisinya.

Dia sudah pernah diminta ikut ambil bagian mendaftar menjadi rektor pada pemilihan periode 2012 dan juga pada periode 2016. “Waktu yang tahun 2012, disuruh ikut mendaftar oleh kolega, tapi saya nggak mau. Kemudian pada periode 2016, akhirnya ikut pada pemilihan tapi kalah suara. Kalah banyak. Kemudian pada 2020 terpilih menjadi rektor. Ini adalah tantangan sekaligus pembuktian kapasitas saya. Bisa dibilang, saya adalah rektor korona, karena baru menjabat kemudian ada wabah korona, sehingga praktis langsung menyesuaikan segala sesuatunya,” kata mantan Wakil Rektor I (Bidang Akademik) UM Magelang ini sembari tertawa.

Pria kelahiran Semarang, 20 Oktober 1966 ini menuturkan, kepemimpinan eligible harus didukung oleh tiga ciri sifat kepemimpinan yang holistik dan muncul secara bersama-sama dalam sebuah karakter leadership. “Tiga ciri sifat itu adalah kepemimpinan organisasi, kepemimpinan operasional, dan kepemimpinan publik. Tiga sifat itulah yang  kita terapkan di UM Magelang,” jelasnya.

Menjabat rektor baru dan di tengah pandemi, membuat bapak tiga anak ini berpacu dengan waktu untuk menyesuaikan diri. Padahal Mendikbud Nadiem Makarim, katanya, telah mengeluarkan kebijakan Merdeka Belajar, Kampus Merdeka. Kebijakan tersebut, menurutnya, dimaksudkan agar kampus lebih leluasa bergerak dan lepas dari belenggu yang selama ini dihadapi.

“Namun, di tengah kebijakan tersebut ada pandemi Covid-19 yang tentunya menimbulkan tantangan baru bagi kampus di Indonesia, terutama UM Magelang. Proses pembelajaran berubah dengan sistem online hingga waktu yang belum dapat ditentukan. Siap tidak siap, maka UM Magelang menerapkan pembelajaran daring. Namun demikian, untuk program keahlian ada beberapa tatap muka untuk pelaksanaan praktik, semua dengan protokol kesehatan,” ungkapnya.

Suliswiyadi menyebutkan, tidak hanya proses pembelajaran saja melalu daring. Namun dalam upaya untuk menata organisasi intern UM Magelang, yakni melantik wakil rektor pun melalui sistem daring pada Selasa (5/5) lalu di aula rektorat lantai 3 kampus 2 UM Magelang.

Bagi Suliswiyadi, pelantikan tersebut merupakan acara pertama kali yang dilakukan UM Magelang secara daring dan terkoneksi langsung dengan Majelis Diktilitbang Muhammadiyah yang diwakili oleh Prof H Lincolin Arsyad MSc PhD.

Tiga wakil rektor (WR) periode 2020-2024 yang dilantik, adalah Puguh Widiyanto, SKep MKep yang menjabat sebagai WR I Bidang Akademik dan Kemahasiswaan, Dr Lilik Andriyanti MSi menjabat sebagai WR II Bidang Keuangan dan Aset, lalu Tohirin SAg MAg menjabat sebagai WR III Bidang Sumber Daya Manusia, Kerja Sama dan Al Islam Kemuhammadiyahan.

“Sinergisitas wakil rektor sangat dibutuhkan untuk bersama-sama menjadikan UM Magelang menjadi universitas yang unggul dan berkemajuan. Dalam sistem kepemimpinan tidak hanya melihat konteks dan konten. Tetapi juga harus ada kontekstualisasi. Sebuah kepemimpinan adalah dialektika leadership, yaitu adanya ruang komunikasi dalam sebuah kepemimpinan. Maka, mari kita bangun budaya dialektika leadership yaitu budaya kerja yang harus kita budayakan untuk mencapai tujuan organisasi,” tegasnya.

Terlebih, imbuhnya, UM Magelang mempunyai potensi untuk dikembangkan lebih maju. Komunikasi intensif di internal kampus dan eksternal kampus, menurut Suliswiyadi, merupakan modal penting memajukan UM Magelang selaras dengan taglinenya yakni Unggul dan Islami.

“Selain letak UM Magelang di wilayah eks Karesidenan Kedu yang ramai, juga daya tarik Magelang dengan Candi Borobudurnya adalah potensi besar. Untuk itu, ke depan, kami akan menambah prodi di UM Magelang menjadi 30 prodi dari 24 prodi yang ada. Terlebih, kemarin kita sudah merger dengan Politeknik Muhammadiyah Muntilan, arah membawa kampus menuju program pendidikan vokasi akan kita wujudkan,” bebernya optimistis.

Di tengah-tengah kesibukannya, dosen Pasca Sarjana Universitas Muhammadiyah Magelang ini telah menghasilkan enam buku bertemakan pendidikan. Pemegang sertifikat pendidikan dan pelatihan Short Course and Test:  International Register of Certificated Auditors (IRCA) Quality Management System ISO 9001, TUV Rheinland Jerman tersebut pun tercatat sebagai narasumber, pemateri, bahkan konsultan SPMI dan Implementasi Standar QMS ISO 9001, ISO 14001, dan ISO 21000

Keluarga Adalah Madrasah Mawwadah Warohmah

Arti penting keluarga, benar-benar ditekankan oleh suami dari Sa’adah Noor, MSi ini. Baginya, keluarga adalah gerbang pendidikan utama, yakni madrasah mawwadah warohmah. Keluarga, menurutnya, adalah lembaga untuk mendidik sikap saling menjaga, melindungi, saling membantu, memahami hak dan kewajiban masing-masing.

“Saya memberi kebebasan kepada tiga anak. Saya bebaskan mereka dengan kesibukannya, minatnya, dan kemauannya. Karena masing-masing anak tentu berbeda. Anak saya yang pertama bahkan sudah sampai ke internasional, mendapat penghargaan dari Bu Menlu Retno Marsudi. Tentu anak pertama berbeda dengan anak kedua, dan ketiga. Kuncinya adalah saling berkomunikasi, itu saja,” bebernya.

Suliswiyadi mengakui bahwa komunikasi pula lah yang mendekatkan hubungan. Terlebih, dirinya yang menjabat sebagai rektor dan dosen terbilang sibuk. Begitu pula dengan istrinya yang juga menjadi dosen di luar daerah.

“Kami berdua sibuk, dan terkadang anak-anak tahunya kita misal di rumah hanya tidur, karena sudah bekerja keras. Nah kita tidak ingin anak tahunya kita di rumah hanya istirahat, bermalas-malasan dengan tidur. Saya pasti ajak anak untuk berdiskusi dan memanfaatkan waktu untuk memberikan pemahaman dan pembelajaran kepada mereka,”  tandasnya. (had/lis/bas)


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya