RADARSEMARANG.COM – Andriyani merupakan dosen Undip Semarang selama 16 tahun. Disela kesibukannya ia aktif berkegiatan sosial dengan membangun yayasan untuk disabilitas. Meski begitu, ia tetap bisa membagi waktu untuk bersama dengan keluarga.
Sejak kapan menjadi dosen?
Saat ini saya dosen Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB) Universitas Diponegoro (Undip) Semarang di Departemen Manajemen. Mengajar sejak tahun 2006.
Sebelumnya mengajar sempat bekerja di beberapa tempat. Akhirnya tertarik dan nyaman dengan dunia mengajar sebagai dosen. Alasannya, pertama karena waktu itu saya melihat pekerjaan jadi dosen itu fleksibel dari segi waktu. Bisa mengatur jam mengajar, meski sesuai dengan instruksi kampus.
Kedua, jadi dosen itu egaliter. Artinya komando pasti dengan atasan tetapi kalau sudah fokus pada pemberdayaan diri maka akan fokus pada diri sendiri. Jadi dosen itu mau maju, naik pangkat, dan lainnya ya tergantung dari usaha mereka. Kalau rajin pasti akan cepat naik pangkat.
Pengalaman suka maupun duka apa ketika mengajar?
Sebenarnya lebih ke tantangan. Jadi dosen tidak hanya harus capable pada kompetensi keilmuannya saja. Tapi harus mampu mentransfer informasi sebaik mungkin pada mahasiswa. Sehingga mereka bisa paham tentang apa yang kita sampaikan. Itulah tantangannya.
Memberikan materi kepada mahasiswa D3, S1, S2, dan S3 itu berbeda. Ditambah sekarang ada mahasiswa internasional jadi harus banyak memperdalam ilmu. Sukanya karena kita terbiasa bertemu banyak latar belakang audiens yang berbeda, sehingga menjadi terbiasa untuk saling menghargai satu sama lain.
Apakah ada kendala ketika mengajar?
Nah kalau bicara kendala lebih ke kemauan kita untuk selalu update. Dalam hal apapun. Apalagi covid yang mengharuskan dengan pembelajaran online. Mau tidak mau harus belajar teknologi dan menggunakannya untuk pembelajaran dan membuat mahasiswa senyaman mungkin saat belajar.
Kalau ada yang gaptek terus belajar. Jadi kalau ada yang bilang, jadi dosen enak, ya enggak juga. Kita juga dituntut menerapkan Tri Dharma Perguruan Tinggi. Harus tetap mengajar, melakukan penelitian, dan pengabdian masyarakat. Pastinya kita dituntut mengerti kehidupan mereka dan menjadikan masyarakat lebih baik.
Kesibukan selain menjadi dosen?
Selain bekerja dan mengajar, pasti mengurus anak. Karena sebagai perempuan tetap keluarga yang utama. Ada juga membantu beberapa usaha suami.
Selain itu ikut beberapa organisasi profesi maupun sosial. Bikin project project bersama teman-teman fakultas. Saat ini juga masih aktif di organisasi International Council for Small Business (ICSB). Saya juga mendirikan Yayasan disabilitas. Namanya Cornelia Disabilitas untuk membantu mereka agar terus semangat.
Hobi apa yang dilakukan disela kesibukan mengajar dan sosial?
Kalau penat dengan pekerjaan balik ke hobi. Saya masih suka nyanyi. Bahkan hobi itu yang dulu sempat menjadi pekerjaan. Secara profesional sejak SMA waktu saya kuliah S3 juga masih nyanyi profesional. Jadi senang saja, punya hobi yang juga menghasilkan.
Dengan hobi dapat membangun link dan menyenangkan. Bisa jadi jadi tambahan kompetensi dalam mengajar. Karena sangat membantu untuk ice breaking untuk membuat suasana lebih nyaman dan menyenangkan. Selain menyanyi ya kadang olahraga lari. (kap/fth)