RADARSEMARANG.COM – Wanita dan sepak bola masih dipandang sebelah mata. Kesan olahraga yang keras dan tidak cocok bagi kaum hawa pun masih sering menjadi perdebatan hingga cibiran. Seperti yang dialami Martha Indah Prastiwi. Wanita kelahiran Kabupaten Semarang, 2 April 1988 ini mantap terjun ke dunia olahraga meski sempat ditentang orang tua.
Sejak kapan kamu mencintai sepak bola?
Awalnya nggak suka sama sekali, karena dulu nonton bola identik dengan rusuh. Tapi, setelah tahun 2017 diajak nonton saudara. dari situ saya tahu ada tempat yang nyaman di stadion buat nonton bola, terutama buat cewek.
Gimana ceritanya, dari nonton sepak bola kamu malah terjun main bola?
Ya, dari nonton itu akhirnya malah keterusan. Pengin coba akhirnya coba latihan. Bahkan saya yang awalnya penari, meninggalkan dunia tari dan terjun ke sepak bola.
Siapa yang ngajakin kamu main bola?
Tentu teman-teman ya, saat latihan itu pula saya seperti menemukan jatidiri di sepak bola. Dulu jadi seniman tari juga karena bergaul dengan teman-teman yang menekuni kesenian Jawa.
Tanggapan orang tua seperti apa?
Pertama kali pasti marah. Cewek kok main bola? Akhirnya merelakan anaknya untuk bermain bola karena memang hobi, suka, dan tentunya kegiatan yang positif. Dulu tahunya kan main sepak bola sama cowok, jadi khawatir. Tapi, semakin saya dilarang, ya semakin nekat. Hehe…
Karir sepak bola kamu saat ini seperti apa?
Pasang surut tentunya. Pernah ikut beberapa tim, tapi karena saya merasa nggak muda lagi ya sekarang buat fun-fun aja. Seminggu dua kali gitu latihan.
Suka dukanya seperti apa?
Kayak hobi tapi dibayar. Dulu ada yang pernah nawarin masuk sebuah tim di Jakarta. Tapi karena usia dan nggak ngejar karir lagi ya saya lepas. Terakhir sih saya ikut jadi ofisial di tim liga pro futsal asal Jogja.
Pernah cedera?
Tentu sudah pernah. Seperti cedera lutut dan hamstring, apalagi posisi saya pemain depan. Orang tua ya sempat marah. Tapi karena hobi ya balik main lagi.
Menurut kamu saat ini bagaimana pandangan masyarakat terhadap wanita yang main bola?
Ya, kadang ada pandangan negatif. Wong wedok kok pecicilan (wanita kok banyak tingkah). Main bola segala. Tapi, ya tidak sedikit yang bangga dan mendukung sepak bola wanita berkembang.
Melihat perkembangan sepak bola saat ini seperti apa?
Saya rasa bisa lebih berkembang dan masuk ranah profesional ya seperti di luar negeri. Intinya sepak bola wanita juga harus diperhitungkan dan diperhitungkan. Kita setara dengan laki-laki kok. Ibarat lagu lah, Ojo Dibandingke (Jangan dibandingkan)
Harapan kamu untuk sepak bola wanita di Indonesia?
Harapan saya lebih diperhatikan. Saya yakin banyak wanita yang punya bakat, tapi disepelekan. Padahal punya potensi untuk berprestasi. Alangkah baiknya disaring lagi. Eman-eman kalau cuma ikut fun game, padahal punya potensi yang bisa membanggakan bangsa ini. (den/aro)