31 C
Semarang
Wednesday, 16 April 2025

Edukasi Berbahasa yang Baik dan Benar Lewat Hal-Hal Kecil

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COM – Zalfaa Azalia Pursita, mahasiswi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Negeri Surakarta Sebelas Maret (UNS) ini, terpilih menjadi Duta Bahasa Jawa Tengah 2021. Hobinya membaca mendorong tekadnya untuk meningkatkan literasi masyarakat di sekelilingnya. Dengan program yang diusungnya yaitu Sauna Citra (Sahabat untuk Pecinta Literasi) dengan meminjamkan buku gratis (Sanbukis) dan Baca-In (Membaca dan Menginspirasi).

Awal mula bisa tertarik mengikuti selekasi hingga terpilih menjadi duta bahasa?

Aku bukan berasal dari jurusan yang berhubungan dengan bahasa. Tapi ketertarikanku di dunia literasi cukup kuat. Aku suka menulis dan membaca, tapi belum menemukan wadah untuk berkolaborasi. Aku ingin menemukan teman yang bisa diajak kolaborasi untuk kebermanfaatan yang lebih luas.

Persiapan dalam memenangkan duta bahasa?

Jadi, dalam berproses aku berusaha menikmati setiap momen. Dulu, kami para finalis diminta membuat program kebahasaan. Dan aku mengangkat Sauna Citra (Sahabat untuk Pecinta Literasi). Di Sauna Citra ini, ada perpustakaan daring yang bisa meminjamkan buku secara fisik di @sanbukis dan tulisan-tulisanku yang mengulas buku di blog pribadiku.

 

Sejauh mana pengetahuan dan pemahaman generasi milenial sekarang tentang literasi di masa globalisasi ini? Dan seberapa pentingnya untuk mereka?

Menurutku kemampuan literasi ini penting dimiliki oleh generasi muda agar bisa menjadi pribadi berkualitas. Dalam artian, ketika mereka berbicara sesuai dengan fakta dan data, bukan sekadar berita bohong. Maka akan tercipta sebuah informasi yang akurat. Dengan literasi pula, mereka akan bisa menjelajah dunia ke manapun mereka mau, karena semua informasi berawal dari membaca.

 

Ada tiga persoalan besar yang dihadapi generasi sekarang, yakni mereka malas membaca, mudah terbawa perkataan yang tidak sesuai umurnya, tidak adanya keinginan untuk belajar bahasa Indonesia yang baik dan benar. Bagaimana untuk mengatasinya?

Mengenai malas membaca, sebenarnya minat baca di kalangan kita sudah cukup bagus kok. Masalahnya pada akses bacaan berkualitas yang sulit didapatkan karena harga buku yang mahal. Maka, perlu adanya fasilitas yang bisa memenuhi kebutuhan baca generasi muda.

Kalau tentang mudah terbawa perkataan yang tidak sesuai umur, hal ini bisa diatasi dengan pendidikan yang baik pada tingkat keluarga. Kenapa keluarga? Karena mereka adalah pendidikan utama bagi anak-anak. Orang tua sudah semestinya mengontrol tumbuh kembang dan perilaku buah hati.

Yang terakhir tentang tidak adanya keinginan untuk belajar Bahasa Indonesia yang baik dan benar. Untuk bahasa yang baik dan benar itu memiliki dua arti yang berbeda. Bahasa yang baik adalah ketika kita berkomunikasi dengan orang, kita paham konteks dan situasinya kalau berbahasa yang benar itu harus sesuai dengan kaidah-kaidah kebahasaan.

Mungkin contoh permasalahan di zaman sekarang itu adalah campur kode kebahasaan generasi muda kita sekarang suka banget masukin istilah asing dalam kalimat bahasa Indonesia. Nah untuk mengatasinya, kami mulai dari hal-hal terkecil dulu. Misal kami sebagai Duta Bahasa bertugas melakukan edukasi seputar kebahasaan melalui media sosial. Kalau benar itu mungkin dipakai ketika tes UKBI. Karena tidak mungkin jika kita setiap hari harus memakai bahasa yang formal.

Obsesi sebagai duta bahasa yang hingga kini belum terwujud?

Yang belum terwujud, mungkin punya 1.000 koleksi bacaan di perpustakaan pribadi. (mg18/mg19/ida)

 

 


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya